"Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," ujarnya.
Selain korban meninggal dan luka-luka, tercatat ada 13 unit kendaraan mengalami kerusakan, 10 di antaranya milik Polri.
Tragedi di Stadion Kanjuruhan itu terjadi pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022, usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya dengan skor akhir 3-2.
Menurut keterangan dari Kapolda, sebenarnya pertandingan di Stadion tersebut berjalan dengan lancar.
Namun, kericuhan itu bermula setelah permainan berakhir, sejumlah pendukung Arema FC yang merasa kecewa turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.
Kemudian petugas pengamanan melakukan upaya pencegahan dengan pengalihan agar para suporter tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain.
Akhirnya, petugas pun menembakkan gas air mata karena beberapa pendukung tim berjuluk Singo Edan yang turun ke lapangan itu dinilai telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.
Baca Juga: Kronologi Lengkap Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Sedikitnya 127 Orang Meninggal Dunia
"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," ungkap Nico.***