Apakah Covid-19 Nantinya Akan Jadi Penyakit Endemik? Ini Jawaban Para Ilmuwan

4 November 2021, 15:55 WIB
Ilmuwan memetakan transisi pandemi Covid-19 menjadi penyakit epidemik /Pixabay/Tumisu

MALANG TERKINI - Covid-19 diprediksi akan bertransisi menjadi penyakit endemik pada tahun 2022 dan seterusnya. Ketika gelombang varian Delta mereda di banyak wilayah di seluruh dunia, para ilmuwan telah mulai memetakan transisi virus dari pandemi ke penyakit endemik.

Menurut para ilmuwan, negara-negara pertama yang bangkit dari pandemi kemungkinan akan menggabungkan tingkat vaksinasi yang tinggi dengan kekebalan alami orang-orang yang sebelumnya telah terpapar Covid-19.

Mereka memprediksi negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Portugal, dan India akan menjadi yang pertama pulih dari pandemi.

Baca Juga: Lebih Beresiko Terjangkit Covid-19, Penderita Gangguan Mental Perlu Suntikan Booster setelah Vaksinasi  

Namun, para peneliti memperingatkan bahwa SARS-CoV-2 adalah virus yang tidak dapat diprediksi dan terus berkembang saat menyebar di antara populasi yang tidak divaksinasi. Kemungkinan virus bermutasi sedemikian rupa dan masih ada risiko "doomsday scenario" atau “skenario kiamat”.

Namun, ilmuwan kian meyakini bahwa banyak negara akan melupakan pandemi terburuk di tahun mendatang.

Pada Rabu kemarin, Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi yang memimpin WHO Covid-19 response mengatakan pada Wionews bahwa antara saat ini dan akhir 2022. Ilmuwan berpikir ini adalah titik di mana mereka mendapatkan kendali atas virus untuk dapat secara signifikan mengurangi penyakit parah dan angka kematian.

Baca Juga: Vanessa Angel Meninggal Dunia: Ada Yang Bisa Tebak Aku Mau Ke Mana

Penilaian badan tersebut didasarkan pada kinerja para ahli penyakit yang menentukan kemungkinan berlangsungnya pandemi selama 18 bulan ke depan. WHO menargetkan 70% populasi dunia divaksinasi pada akhir 2022.

Maria Van Kerkhove memprediksi jika target itu tercapai, maka situasinya akan sangat berbeda secara epidemiologis.

Sementara itu, dia menyatakan keprihatinannya atas negara-negara yang mencabut tindakan pencegahan Covid sebelum waktunya. Baginya, itu sangat mengejutkan karena orang-orang di jalanan bersikap seolah-olah pandemi sudah berakhir.

Ia juga memperingatkan bahwa penyakit endemik bukan berarti jinak dan bisa disepelekan.

Baca Juga: Meninggal Saat Kecelakaan, Jenasah Vanessa Angel dan Suaminya Tiba di RS Bhayangkara Polda Jatim

WHO melaporkan pada 26 Oktober bahwa kasus dan kematian Covid-19 menurun di hampir setiap wilayah di dunia sejak Agustus 2021.

Eropa adalah pengecualian, di mana varian Delta telah menyebabkan kekacauan di negara-negara seperti Rusia dan Rumania dengan tingkat vaksinasi yang rendah serta tempat-tempat yang telah meliberalisasi persyaratan masker.

Selain itu, varian ini terus berkontribusi pada meningkatnya jumlah infeksi di negara-negara seperti Singapura dan China, yang memiliki tingkat vaksinasi tinggi tetapi kekebalan alaminya kecil karena penerapan lockdown yang lebih ketat.

Namun, tampaknya vaksin menghindarkan orang dari rawat inap, bahkan di negara-negara seperti Inggris di mana kasus meningkat setelah pencabutan aturan pembatasan social di masa pandemi.

Baca Juga: Bacaan Doa Mandi Bersih dari Haid, Lengkap Tata Cara Bersuci dari Hadats Besar

Seperti penyakit endemik lainnya seperti malaria, Covid-19 diperkirakan akan terus berkontribusi terhadap penyakit dan kematian selama bertahun-tahun yang akan datang.

Para ahli memperkirakan bahwa virus tersebut pada akhirnya akan bereaksi seperti campak, yang masih menyebabkan wabah di daerah dengan tingkat vaksinasi yang rendah.

Beberapa orang melihat Covid-19 lebih seperti infeksi pernapasan musiman seperti influenza. Sementara itu orang lain percaya Covid-19 bisa menjadi virus yang tidak begitu mematikan, mempengaruhi sebagian besar anak-anak, tetapi itu bisa memakan waktu puluhan tahun.

Trevor Bedford, ahli virologi komputasi di Fred Hutchinson Cancer Center yang telah melacak evolusi SARS-CoV-2, melihat gelombang musim dingin yang lebih ringan di Amerika Serikat diikuti oleh transisi ke penyakit endemik pada 2022-2023.

Baca Juga: Kewalahan dengan Kasus Covid-19 yang Parah, Makin Banyak Nakes di Singapura Mengundurkan Diri

Dia memproyeksikan 50.000 hingga 100.000 kematian Covid-19 AS per tahun, di atas perkiraan 30.000 kematian tahunan akibat flu. Trevor Bedford memperingatkan adanya kemungkinan virus terus bermutasi, sehingga membutuhkan suntikan booster tahunan yang disesuaikan dengan varian terbaru yang beredar.

Richard Hatchett, CEO dari Coalition for Epidemic Preparedness Innovations, mengatakan bahwa dunia tetap rentan karena beberapa negara memiliki program vaksin yang baik sementara negara lain tidak.

Dia juga mengungkapkan kekhawatiran akan munculnya varian yang muncul seperti pandemi Covid baru saat dunia masih bertarung dengan Covid yang lama.***

Editor: Anisa Alfi Nur Fadilah

Sumber: Wionews

Tags

Terkini

Terpopuler