KF-21 Boramae, Pesawat Tempur Hasil Kerja Sama Indonesia Korea Berhasil Mengudara

27 Februari 2023, 15:31 WIB
Ilustrasi: Kehadiran KF-21 diharapkan bisa menyokong F-16 untuk menjaga kedaulatan udara Republik Indonesia /PIXABAY/wietzenu

MALANG TERKINI – Dalam sejarahnya, kemunculan pesawat terbang berhasil mengubah dunia dari segi kendaraan baik itu transportasi ataupun sebagai alat militer. Dengan adanya pesawat terbang, perjalanan jarak jauh bukan lagi suatu kendala yang perlu ditakuti.

Dalam dunia militer, keberadaan pesawat terbang sangat krusial. Dengan adanya pesawat, peluang untuk menang dalam sebuah peperangan akan semakin besar. Selain lebih mudah menyerang musuh dari atas, musuh pun akan kesulitan mengatasi serangan tersebut dengan sebuah pengecualian jika musuh memiliki sistem pertahan udara.

Indonesia sendiri menggunakan pesawat terbang dalam badan militernya. Bahkan di era orde lama, Indonesia pernah menggunakan pesawat yang terbilang canggih di masanya yang berasal dari Uni Soviet seperti MiG-21, MiG-15, MiG-17, MiG-19 bahkan pesawat pengebom TU-16 Badger yang pernah menembus wilayah udara Australia.

Baca Juga: Kronologi Pesawat Susi Air Hilang Kontak dan Terbakar, Diduga Dibakar KKB di Kabupaten Nduga

Kepemilikan pesawat-pesawat itu tak bisa didapatkan kecuali dengan hubungan diplomatik yang sangat erat antara Indonesia dengan Uni Soviet saat itu. Dan saat ini, mayoritas pesawat yang ada di dalam tubuh TNI-AU merupakan pesawat yang berasal dari Amerika yakni F-16 Fighting Falcon lalu Sukhoi Su-30 yang berasal dari Rusia.

Dan bisa dibilang walaupun pesawat-pesawat yang masuk dalam generasi ke 4 ini masih sanggup dan layak untuk sekedar mempertahankan wilayah udara kedaulatan Republik Indonesia, namun modelnya sudah sangat tertinggal jauh dengan negara-negara lain yang memiliki pesawat-pesawat generasi ke 5.

Namun di era menteri pertahanan Prabowo Subianto saat ini, militer Indonesia khususnya di angkatan udara banyak melakukan pembenahan alutsista-alutsista baru dengan teknologi canggih. Sebut saja kontrak pembelian pesawat Rafale yang direncanakan sebanyak 42 unit, atau pengiriman pesawat angkut Super Hercules C-130J-30 dari Lockheed Martin yang diperkirakan akan tiba pada bulan Maret mendatang.

Selain kedua pesawat itu, yang paling menarik perhatian adalah kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan dalam membuat sebuah pesawat generasi 4,5 yang disebut sebagai KF-21 Boramae. Kerja sama ini disepakati pada tahun 2014 dengan komitmen Indonesia membayar 20 persen dari total biaya pengembangan yang bernilai 7,5 triliun won atau setara dengan 6,3 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Juga: Kaleidoskop: Peristiwa Besar di Indonesia Sepanjang 2021, Dari Tenggelam KRI Nanggala Hingga Erupsi Semeru

Dikutip dari the avionist, pesawat generasi ke 4,5 ini berhasil mengudara pada 20 Februari 2023 dari bandara Sacheon, yang merupakan kantor pusat fasilitas produksi Korea Aerospace Industries atau sekitar 300 kilometer ke selatan Seoul, ibu kota negara Korea Selatan.

Pada penerbangannya yang pertama itu, pesawat ini dipiloti oleh Mayor Jeon Seung-hyeon dari the 52 Test Evaluation Group yang lepas landas sekitar pukul 11.19 waktu setempat dan mendarat 34 menit kemudian dengan aman.

Saat tes uji terbang tersebut dilakukan, pesawat KF-21 Boramae ini ditemani oleh pesawat T-50 Golden Eagle yang membawa tim fotografi untuk kepentingan dokumentasi saat pesawat itu mengudara di atas langit kota Sacheon.

Secara keseluruhan, bentuk luar dari badan pesawat KF-21 Boramae ini menyerupai pesawat-pesawat siluman generasi ke 5 dari Amerika Serikat seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning. Walaupun bentuknya mirip, tapi kemampuan KF-21 Boramae ini tentunya masih dibawah kedua pesawat siluman AS.

Baca Juga: Tiba di Qatar Dikawal Pesawat Tempur F-16, Inilah Daftar Skuad Timnas Polandia Pada Laga Piala Dunia 2022

KF-21 Boramae sendiri mampu terbang dengan kecepatan hingga 2.200 km/jam atau sekitar mach 1,8 dan jangkauan terbangnya sendiri sejauh 2.900 kilometer dengan total muatan yang dapat diangkut sebesar kurang lebih 8 ton.

Pengembangan pesawat ini dijadwalkan selesai pada 2026 dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2028 dengan jumlah minimal 40 unit dan akan direncanakan untuk diproduksi sekitar 20 unit per tahun setelahnya.

Sebagian besar teknologi dalam pembuatan pesawat tempur ini berasal dari Korea, lebih tepatnya sekitar 65 persen termasuk radar active electronically scanned array (AESA). Pengadaan pesawat tempur ini juga diharapkan menjadi pengganti F-4E Phantom dan F-5E/F Tiger II yang sudah tua milik angkatan udara Korea Selatan.

Hal yang sama juga berlaku untuk Indonesia, dengan peremajaan alutsista-alutsista baru diharapkan akan semakin tangguh untuk menjaga wilayah kedaulatan Republik Indonesia yang didukung adanya KF-21 Boramae serta pesawat-pesawat generasi baru lainnya.***

Editor: Iksan

Tags

Terkini

Terpopuler