Sementara itu, seorang pasien bernama Alex Wang berusia 21 tahun mengungkap pengalamannya melakukan usap anal pada September 2020 lalu, di sebuah tempat karantina di Weihai, Provinsi Timur Shandong.
“Awalnya saya malu. Tapi saya mengerti negara ini berada di bawah tekanan untuk mencegah wagah,” ujar Alex membagikan pengalamannya.
Meski metode tersebut telah diterapkan kepada beberapa pasien, banyak warga China yang sangat menentang metode baru yang invesif ini.
Baca Juga: Kebijakan Pemerintah China dalam Menghindari Penyebaran Covid-19 selama Imlek
Weibo, platform media sosial China, baru-baru ini melakukan jajak pendapat tentang usap anal. Hasilnya, 80 persen responden mengatakan mereka tidak bisa menerima teknik tersebut.
Yang Zhanqiu, seorang ahli patologi di Universitas Wuhan, mengatakan bahwa usap hidung dan tenggorokan lebih efektif dalam mendeteksi Covid-19 daripada usap anal.
“Ada kasus tentang tes virus corona positif pada kotoran pasien, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa itu ditularkan melalui sistem pencernaan seseorang,” kata Zhanqiu.
Hingga saat ini belum ada peraturan lebih lanjut terkait metode usap anal untuk mendeteksi Covid-19 di negara tersebut.
Bukan hanya di China, metode usap anal ini juga ramai diperbincangan masyarakat di media sosial.
Baca Juga: Aturan Menggunakan Masker Kain yang Aman dari Infeksi Covid-19