Hidayat Nur Wahid Kritik Pengamat Intelijen yang Sebut Penyebaran Terorisme Bercirikan Bahasa Arab

- 8 September 2021, 09:26 WIB
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW).
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW). /ANTARA/

MALANG TERKINI – Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid kritik Pengamat Intelijen terkait penanganan penyebaran terorisme.

Hidayat Nur Wahid menyebut peringatan ancaman terorisme karena adanya kegiatan memperbanyak bahasa Arab merupakan tindakan yang tidak tepat.

Wakil Ketua MPR ini tidak sepakat jika penyebaran bahasa arab disebut sebagai ancaman ‘teror’ bagi Pancasila.

Baca Juga: Pegawai KPI Pusat yang Mengaku Bertahun-tahun Dibully dan Dilecehkan Kini Terancam Dijerat UU ITE

Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa bahkan di Pancasila sendiri banyak menggunakan bahasa yang merupakan serapan dari bahasa Arab.

“Banyak Ungkapan diserap dari bahasa Arab seperti ‘adil’ (sila ke-2 dan 5), rakyat (4 dan 5), adab, hikmat, musyawarat, wakil,” terang mantan Anggota DPR itu melalui akun Twitternya @hnurwahid pada 8 September 2021.

Ia kemudian menyiratkan bahwa OPM sebagai organisasi yang jelas-jelas melakukan tindak terorisme saja tidak ada kaitannya dengan bahasa Arab.

Jika dengan logika yang demikian, Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa Parlemen (MPR,DPR dan DPD) juga termasuk subjek yang menggunakan bahasa Arab.

Bahasa Arab dalam parlemen itu ditemui dalam bahasa Majelis, Musyawarat, Rakyat, Dewan, Wakil, dan Daerah.

Kritik ini disampaikannya dengan melansir pemberitaan di suatu media yang memuat tulisan berjudul “Pengamat Intelijen mengingatkan Akan Ancaman Terorisme Dalam Bentuk Penyebaran Bahasa Arab”.

Baca Juga: Bentangkan Poster ke Arah Jokowi, Pria di Blitar Diamankan Polisi, Fadli Zon : Spanduk Hanya Aspirasi

Dalam tulisan yang dikomentari Hidayat Nur Wahid itu, tertulis bahwa kekhawatiran Pengamat Intelijen muncul karena terdapat kasus dalam masyarakat.

Didapati orang-orang yang tidak mau hormat pada bendera dan tidak mau menyanyikan lagu wajib Indonesia.

Mereka juga memperbanyak bahasa Arab dan disebut berkiblat pada Taliban. Untuk itulah sekolah-sekolah kemudian menjadi sorotan.

Diketahui, Pengamat Intelijen yang mengeluarkan pernyataan tersebut adalah Susaningtyas Nefo Kertopati.

Baca Juga: 17 Tahun Kasus Pembunuhan Munir, Aktivis HAM Asal Malang yang Diracun di Pesawat

Namun ia juga mengatakan bahwa tidak mengkonotasikan Arab sebagai terorisme, melainkan sebatas kewaspadaan atas tendensi terorisme.***

Editor: Ianatul Ainiyah

Sumber: Twitter Hidayat Nur Wahid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah