Isi Pidato Bung Karno 30 September 1960 Gemparkan PBB, Kenalkan Pancasila Kepada Dunia

- 30 September 2021, 14:13 WIB
Presiden pertama Bangsa Indonesia berpidato di hadapan pimpinan negara seluruh dunia di sidang PBB 30 September 1960.
Presiden pertama Bangsa Indonesia berpidato di hadapan pimpinan negara seluruh dunia di sidang PBB 30 September 1960. /Tangkap layar/ YouTube Sukabumi infokowasitv

MALANG TERKINI - Ada yang terlupa dalam sejarah, karena tergusur oleh istilah G30S PKI yang disematkan setiap tanggal 30 September.

Peristiwa bersejarah yang terlupakan itu adalah momen penting tentang pidato Presiden Pertama Indonesia Ir Soekarno atau akrab disebut Bung Karno.

Melalui Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bung Karno didaulat sebagai juru bicara mewakili Indonesia dan beberapa negara tetangga.

Negara yang mewakilkan kepada Bung Karno itu adalah Yugoslavia, Ghana, India, Uni Emirat Arab, dan Birma.

Momen ini merupakan peristiwa penting, sampai membuat para pemimpin dunia bergetar mendengar isi pidato Bung Karno.

Kenapa? Karena isi pidato dengan Bahasa Inggris itu menelanjangi konsep busuk para pemain kelas dunia yang ada di PBB.

Tatanan dunia yang diatur oleh PBB, menurut Bung Karno justru membuat dunia kocar kacir dan berkali-kali perang dunia.

Momentum inilah Bung Karno secara tegas melawan konspirasi Barat yang telah menguasai dunia dan membawa ketidak teraturan dengan konflik yang diciptakan.

Konflik yang berkepanjangan dari masa Perang Dunia I, Perang Dunia II, kemudian memasuki era Perang Dingin.

Semua itu, kata Bung Karno hanya perang di antara mereka yang berebut lahan basah di belahan dunia berkembang untuk ikut blok mereka.

Pada pidato tanggal 30 September itu, Bung Karno ingin mewujudkan suatu kondisi perdamaian dunia sebagaimana tercantum dalam UUD 1945.

Bung Karno menawarkan konsep Pancasila yang dibalut dengan istilah To Build the World A New yang artinya membangun dunia kembali.

Dilansir Malang Terkini dari Buku TUBBAPPI yang diterbitkan oleh Departemen Penerangan RI tahun 1960, berikut pidato Bung Karno itu.

"Kitab Suci Islam mengamanatkan sesuatu kepada kita pada saat ini. Qur’an berkata: “Hai, sekalian manusia, sesungguhnya Aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu sekalian kenal-mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia diantara kamu sekalian, ialah yang lebih taqwa kepadaKu”.

"Dan juga Kitab Injil agama Nasrani beramanat pada kita. “Segala kemuliaan bagi Allah ditempat yang Mahatinggi, dan sejahtera diatas bumi diantara orang yang diperkenanNya”.

"Saya sungguh-sungguh merasa sangat terharu melepaskan pandangan saya atas Majelis ini. Di sinilah buktinya akan kebenaran perjuangan yang berjalan bergenerasi.

"Di sinilah buktinya, bahwa pengorbanan dan penderitaan telah mencapai tujuannya. Di sinilah buktinya, bahwa keadilan mulai berlaku, dan bahwa beberapa kejahatan besar sudah dapat disingkirkan. Selanjutnya, sambil melepaskan pandangan saya kepada Majelis ini, hati saya diliputi dengan suatu kegirangan yang besar dan hebat.

"Dengan jelas tampak di mata saya menyingsingnya suatu hari yang baru, dan bahwa matahari kemerdekaan dan emansipasi, matahari yang sudah lama kita impikan, sudah terbit di Asia dan Afrika,”.

"Jadi, dengan minta maaf kepada Lord RusselI yang saya hormati sekali, dunia ini tidaklah seluruhnya terbagi dalam dua fihak seperti dikiranya. Meskipun kami telah mengambil sarinya, dan meskipun kami telah mencoba mensintesekan kedua dokumen yang peting itu; kami tidak dipimpin oleh keduanya itu saja.

"Kami tidak mengikuti konsepsi liberal ataupun konsepsi komunis. Apa gunanya? Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok.

"Arus sejarah memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa memerlukan sesuatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tak memilikinya atau jika konsepsi dan cita-cita itu menjadi kabur dan usang, maka bangsa itu ada dalam bahaya.

"Sejarah Indonesia kami sendiri memperlihatkannya dengan jelas, dan demikian pula halnya dengan sejarah seluruh dunia.

“Sesuatu” itu kami namakan “Panca Sila”. Ya, “Panca Sila” atau Lima Sendi Negara kami. Lima Sendi itu tidaklah langsung berpangkal pada Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence.

"Memang, gagasan-gagasan dan cita-cita itu, mungkin sudah ada sejak berabad-abad telah terkandung dalam bangsa kami. Dan memang tidak mengherankan bahwa faham-faham mengenai kekuatan yang besar dan kejantanan itu telah timbul dalam bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad kejayaan bangsa, sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada suatu saat kelemahan nasional.

"Jadi berbicara tentang Panca Sila dihadapan Tuan-tuan, saya mengemukakan intisari dari peradaban kami selama dua ribu tahun."

 

 

Sejak saat itulah Bung Karno menjadi incaran para pimpinan negara yang tergabung dalam rapat PBB.

Hanya ada 3 kata yang tersimpul di akhir pidato, yaitu bunuh Soekarno, matikan ajarannya, dan miskinkan rakyatnya.

Lima tahun berlalu, diduga sang designer melancarkan aksi untuk merubah makna tanggal 30 September menjadi negatif.

Digantilah dengan sebutan G30S PKI atau Gestapu yang diambil dari nama tentara rahasia Nazi di era Perang Dunia II.

Sementara para jenderal yang terbunuh dalam pemberontakan, tidak ada satupun yang meninggal tanggal 30 September, akan tetapi tanggal 1 Oktober 1965 dini hari dan pagi hari.

Jika ingin membaca lengkap isi pidato Ir Soekarno dalam sidang PBB tanggal 30 September 1960 bisa klik di sini dilansir dari Perpusnas.***

Editor: Muhammad Isnan

Sumber: perpusnas.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah