Anak sulung ini diketahui pernah bergabung dengan Teater Jagat dan pengamen puisi di kampung dan kota. Sejak saat itu dia semakin suka dengan dunia puisi dan penyair.
Wiji diketahui pernah menjadi penjual koran, calo karcis bioskop, tukang pelitur perusahaan mebel demi menyambung hidup.
Pria yang hilang di usia 34 tahun ini diketahui merupakan alumni SMP Negeri 8 Solo dan sempat sekolah di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia jurusan tari hingga kelas dua. Ia berhenti sekolah karena kesulitan ekonomi.
Pada Oktober 1989, Thukul memutuskan menikah dengan Siti Dyah Sujirah alias Sipon yang merupakan seorang buruh.
Keduanya kemudian dikaruniai anak pertama bernama Fitri Nganthi Wani. Kemudian pada 22 Desember 1993, anak kedua mereka lahir yang bernama Fajar Merah.
Baca Juga: Biodata Profil Wiji Tukul, Aktivis yang Hilang Sejak Peristiwa Kudatuli 1998
Kegiatan aktivisnya dimulai sejak Wiji aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan anak kampung Jagalan.
Tahun 1994 saat ada aksi petani di Ngawi, Jawa Timur, ia menjadi pemimpin massa dalam melakukan orasi hingga akhirnya ia ditangkap serta dipukuli oleh militer.
Thukul juga diketahui ikut demo memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo dan juga aktif sebagai ketua di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jakker).