Akibat keberaniannya dalam mengkritik kebijakan pemerintah kolonial Belanda, menyebabkan dirinya diasingkan ke Belanda.
Mendirikan Tamansiswa sekembalinya dari Belanda
Saat Ki Hadjar Dewantara diasingkan ke Belanda, hal ini justru ia manfaatkan untuk mendalami dunia pendidikan serta pengajaran. Hingga akhirnya dia memperoleh Europeeshe Akte, yang merupakan ijazah pendidikan bergengsi di Belanda.
Lalu ia kembali ke Tanah Air pada 1918, dan fokus membangun pendidikan sebagai alat untuk membantu perjuangan meraih kemerdekaan.
Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan lembaga pendidikan Perguruan Nasional Tamansiswa (Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa). Perguruan ini menekankan pendidikan dengan rasa kebangsaan pada siswanya, dengan cara menanamkan rasa mencintai bangsa dan tanah air untuk berjuang memperoleh kemerdekaan.
Tiga semboyan dalam sistem pendidikan
Setelah Indonesia merdeka, Ki Hadjar Dewantara kemudian diangkat sebagai Menteri Pendidikan.
Baca Juga: Update Kondisi Pasca Kebakaran Pertokoan di Malang Plaza, Sekitar 70 Kios Hangus Terbakar
Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan dalam sistem pendidikan. Dalam bahasa Jawa berbunyi “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.”
Semboyan tersebut masih dikenal dan digunakan di kalangan pendidikan di Indonesia hingga saat ini.***