2 Mei: Mengenang Kembali Sejarah Hari Pendidikan Nasional dan Sosok Ki Hadjar Dewantara

- 2 Mei 2023, 15:25 WIB
Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei
Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei /// Tangkap Layar ditpsd.kemdikbud.go.id/ Direktorat Sekolah Dasar

MALANG TERKINI – Sejarah dan asal usul adanya peringatan Hari Pendidikan Nasional tidak terlepas dari sosok serta pejuang pendidikan bagi rakyat pribumi Indonesia di era kolonialisme, Ki Hadjar Dewantara.

Ki Hadjar Dewantara adalah pahlawan nasional yang juga dikenal sebagai bapak pendidikan nasional. Untuk menghormati jasa-jasanya dalam dunia pendidikan di Indonesia, maka pemerintah Indonesia menetapkan hari lahir Ki Hadjar Dewantara sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat di Yogyakarta pada 2 Mei 1889, dan wafat pada tanggal 26 April 1959.

Baca Juga: 'Godfather of AI' Geoffrey Hinton Keluar dari Google dan Sesali Ciptakan Teknologi yang Ancam Kemanusiaan

Soewardi Soeryaningrat berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta, di mana kala itu sebagai keturunan ningrat, sehingga ia memiliki kesempatan menempuh pendidikan di Hindia Belanda bersama dengan anak-anak bangsa Eropa.

Ki Hadjar Dewantara lalu melanjutkan pendidikan di STOVIA setelah menamatkan pendidikan dasarnya. Namun sayang, ia tidak dapat menyelesaikannya karena sakit.

Ia pun pernah menggeluti profesi sebagai wartawan di beberapa media surat kabar, seperti Oetoesan Hindia, Kaeom Meoda, De Express, Sedyotomo, Midden Java, dan Tjahaja Timur.

Pengasingan Ki Hadjar Dewantara ke Belanda

Ki Hadjar Dewantara dikenal berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda, di mana kala itu orang yang diperbolehkan mengenyam bangku pendidikan hanya anak-anak kelahiran Belanda atau orang pribumi yang kaya.

Baca Juga: Kata Ahli: Habiskan Waktu Sendiri Baik untuk Kesehatan Mental, Berikut Penjelasannya

Akibat keberaniannya dalam mengkritik kebijakan pemerintah kolonial Belanda, menyebabkan dirinya diasingkan ke Belanda.

Mendirikan Tamansiswa sekembalinya dari Belanda

Saat Ki Hadjar Dewantara diasingkan ke Belanda, hal ini justru ia manfaatkan untuk mendalami dunia pendidikan serta pengajaran. Hingga akhirnya dia memperoleh Europeeshe Akte, yang merupakan ijazah pendidikan bergengsi di Belanda.

Lalu ia kembali ke Tanah Air pada 1918, dan fokus membangun pendidikan sebagai alat untuk membantu perjuangan meraih kemerdekaan.

Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan lembaga pendidikan Perguruan Nasional Tamansiswa (Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa). Perguruan ini menekankan pendidikan dengan rasa kebangsaan pada siswanya, dengan cara menanamkan rasa mencintai bangsa dan tanah air untuk berjuang memperoleh kemerdekaan.

Tiga semboyan dalam sistem pendidikan

Setelah Indonesia merdeka, Ki Hadjar Dewantara kemudian diangkat sebagai Menteri Pendidikan.

Baca Juga: Update Kondisi Pasca Kebakaran Pertokoan di Malang Plaza, Sekitar 70 Kios Hangus Terbakar

Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan dalam sistem pendidikan. Dalam bahasa Jawa berbunyi “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.”

Semboyan tersebut masih dikenal dan digunakan di kalangan pendidikan di Indonesia hingga saat ini.***

Editor: Niken Astuti Olivia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x