Pentingnya Pemahaman Masyarakat dan Teknologi untuk Hindari Risiko Bencana

- 11 Juni 2023, 12:43 WIB
ilustrasi: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati gandeng dunia internasional untuk mengurangi dan mengatasi kesenjangan antara teknologi kebencanaan serta pemahaman masyarakat guna menghindari risiko bencana.
ilustrasi: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati gandeng dunia internasional untuk mengurangi dan mengatasi kesenjangan antara teknologi kebencanaan serta pemahaman masyarakat guna menghindari risiko bencana. /Pexels/ Johannes plenio

MALANG TERKINI - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati gandeng dunia internasional untuk mengurangi dan mengatasi kesenjangan antara teknologi kebencanaan serta pemahaman masyarakat guna menghindari risiko bencana.

"Meskipun sudah ada peringatan dini untuk melakukan evakuasi, jika tidak didukung dengan pemahaman tentang mitigasi kebencanaan, kesadaran, keterampilan, dan juga kemampuan respons yang cepat dan tepat, sistem peringatan dini tersebut akan gagal dalam mencegah terjadinya korban," ujar Dwikorita dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.

Dalam The Inagural Meeting of the Panel on Sosoeconomic Benefits (PSB) di Jenewa secara daring, Dwikorita menilai lemahnya antisipasi, mitigasi, dan peringatan dini bencana berpotensi besar mengancam keselamatan jiwa, serta kerugian ekonomi pun semakin besar, terutama untuk negara-negara berkembang yang masuk dalam kategori rawan bencana dengan intensitas dan frekuensi bencana yang tinggi.

Baca Juga: BMKG Imbau Pemudik Waspadai Cuaca Ekstrem Saat Arus Mudik dan Arus Balik Lebaran

Saat ini, menurutnya, kondisi bumi semakin kompleks, sehingga membutuhkan pengamatan dan data yang cepat, tepat, akurat, dan sistematis. Selain itu juga butuh inovasi teknologi yang mumpuni serta analis dan pemodelan yang andal.

"Situasi ini perlu menjadi perhatian bersama, karena jika kesenjangan semakin melebar antara kemajuan teknologi dan kapasitas masyarakat untuk menguasai dan memahami teknologi tersebut, peran atau manfaat dari kemajuan teknologi tersebut menjadi kurang berarti," tuturnya.

Ia mengatakan solusi agar masyarakat lebih mampu memahami dan memanfaatkan data dan informasi yang dihasilkan oleh teknologi yang modern, yakni dengan pendekatan literasi dan edukasi. Dalam forum WMO tersebut, Dwikorita mencontohkan konsep Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang diselenggarakan BMKG guna meningkatkan literasi masyarakat tentang cuaca dan iklim.

Baca Juga: BMKG: Sebagian Wilayah Indonesia Akan Mengalami Kemarau pada April 2023

SLCN, kata dia, merupakan upaya adaptasi dan mitigasi yang dilakukan Indonesia, berbiaya murah, namun memiliki dampak yang cukup signifikan.

Halaman:

Editor: Andra Fatiqha Arsy


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x