Produksi krey itu dipasok ke Bogor setiap pekan sekali dengan harga Rp50 ribu/lembar krey.
"Dari 100 lembar itu bisa menghasilkan omzet pendapatan Rp100 juta per pekan dari sebelumnya Rp5 juta per pekan," kata Sabar.
Begitu juga perajin lainnya Anda (55), warga Cihiyang Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mengaku meningkatnya permintaan pasar dipastikan dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat.
Produksi krey juga melibatkan para pekerja, mulai dari pencari bahan baku pelapah kelapa sawit hingga merajut krey dengan menggunakan tambang.
Perajin krey di wilayahnya tercatat 50 perajin, dan mereka sudah berjalan selama 20 tahun dan pertama kali yang mengembangkannya itu dari perajin di Sumatera.
"Kami meyakini meningkatnya permintaan pasar dipastikan dapat mengatasi kemiskinan dan pengangguran," kata Anda lagi.
Ia menyebutkan, biasanya memasuki musim kemarau maupun hujan membawa berkah bagi perajin krey sawit, karena permintaan konsumen meningkat.
Kegunaan krey sawit itu oleh konsumen untuk perlindungan ruangan, agar tidak terkena air hujan juga kepanasan dari terik matahari.
Saat ini, perajin krey sawit di Rangkasbitung tumbuh dan berkembang di sekitar perkebunan kelapa sawit di Rangkasbitung, Cimarga, Cileles dan Banjarsari.
"Kami sudah 17 tahun menggeluti kerajinan krey bisa memperbaiki rumah, juga menyekolahkan anak," katanya menambahkan.