Karapan Sapi, Simbol Kemakmuran Sekaligus Ajang Bergengsi Masyarakat Madura, Kok Bisa? Begini Penjelasannya

21 Juli 2022, 07:31 WIB
Joki juga merupakan kunci dalam memenangkan perlombaan karapan sapi /Pexels/Wizurai Mahatma/

MALANG TERKINI – Madura merupakan pulau kecil yang memiliki beragam tradisi dan budaya.

Salah satunya adalah tradisi karapan sapi yang sampai saat ini menjadi tradisi unik yang terus dilestarikan oleh masyarakatnya.

Tradisi karapan sapi merupakan lomba pacuan sapi yang rutin digelar oleh masyarakat antara bulan Agustus sampai Desember.

Baca Juga: Hujan Es Disertai Angin di Bangkalan Madura, Sejumlah Pohon Tumbang di Jalan Raya Suramadu

Tradisi karapan sapi pertama kali berasal dari Pulau Sapudi atau lebih dikenal dengan pulau sapi, karena populasi sapi di sana lebih banyak daripada populasi manusia.

Pulau ini terletak di sebelah timur Pulau Madura dan dikabarkan merupakan salah satu pulau penghasil sapi terbaik di Pulau Jawa.

Awal mulanya tradisi karapan sapi dimaksudkan untuk memeriahkan pesta rakyat yang diadakan ketika awal tanam atau musim panen.

Hingga pada akhirnya menyebar hingga seluruh Puluh Madura. Bahkan dijadikan ikon oleh salah satu kabupaten yang ada di Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan.

Baca Juga: Asal-usul ‘Telur Paskah’ dalam Perayaan Paskah, Sebenarnya Bukan Tradisi Gereja

Bagi masyarakat Madura sendiri, karapan sapi bukan sebatas warisan budaya atau pesta rakyat biasa, tapi merupakan simbol kebanggan yang dapat meninggikan harkat dan martabat masyarakat Madura.

Selain menjadi lomba pacuan sapi, tradisi ini juga menjadi ajang bergengsi yang dapat meningkatkan status sosial orang Madura, karena sapi yang diperlombakan harus berkualitas serta memiliki tubuh yang sehat, kuat, dan juga memiliki kecepatan lari yang bagus.

Dikatakan ajang bergengsi karena dalam perawatan sapi sendiri tidak main-main dan memerlukan biaya operasional yang besar.

Karena dalam seharinya seekor sapi kerap bisa menghabiskan 75-80 butir telur ayam kampung dan pakan hijauan yang tidak sembarangan.

Seiring perkembangan sosial dan budaya di Madura, fungsi karapan sapi juga ikut berubah.

Awalnya karapan sapi diadakan sebagai penanda awal tanam atau masa panen, kini karapan sapi diadakan sebagai penanda status seseorang dalam sebuah arena.

Baca Juga: 8 Mitos dan Tradisi Tahun Baru Imlek yang Dipercaya Datangkan Hoki dan Keberuntungan

Semakin baik seseorang merawat dan melatih sapi kerap maka semakin besar pula kemungkinan ia dapat memenangkan perlombaan.

Disinilah harga diri pemilik sapi dipertaruhkan jika menang ia akan mendapat hadiah uang dan bahkan sampai berupa 1 unit mobil.

“Dalam hal ini hewan sapi statusnya menjadi hewan aduan, hewan pacuan, ia tidak lagi dipekerjakan untuk pertanian, ia khusus menjadi alat pemuas pemiliknya,” tulis Sumintarsih. Dikutip dari buku Makna Sapi Kerapan dari Perspektif Orang Madura Kajian Sosial, Ekonomi, Budaya edisi 2015 terbitan Balai pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta.

Baca Juga: Lawan Udara Penuh Polusi, Inilah 10 Manfaat Air Purifier bagi Kesehatan

Tidak diketahui secara pasti sampai umur berapa sapi kerap dapat dikatakan pensiun dari perlombaan. Namun yang pasti ketika kecepatan lari sapi mulai menurun akan digantikan oleh sapi lain.

Tradisi ini sering dijadikan atraksi kebudayaan yang dipertontonkan kepada wisatawan domestik dan juga mancanegara.***

Editor: Lazuardi Ansori

Tags

Terkini

Terpopuler