Cerita Rakyat Lombok NTB: Kisah Doyan Nada, di Balik Terbentuknya Kerajaan Selaparang, Pejanggik, dan Sembalun

1 Januari 2023, 16:16 WIB
Pesan moral, hikmah, atau amanat apa yang terkandung dalam rangkuman cerita rakyat Doyan Nada asal Lombok NTB? /Pixabay/21967857

MALANG TERKINI - NTB memiliki banyak cerita rakyat penuh hikmah, salah satunya adalah kisah Doyan Nada tentang seorang anak dengan nafsu makan yang tinggi.

Disebutkan pula bahwa kisah Doyan Nada mengandung latar belakang terbentuknya kerajaan Selaparang, Pejanggik, dan Sembalun di Lombok. Seperti apa rangkuman kisahnya? Simak di sini.

Asal mula Pulau Lombok di NTB

Pada zaman dahulu kala, ketika Pulau Lombok belum memiliki nama, tidak ada manusia satu pun yang menghuninya. Sampai suatu hari, ratu jin yang bernama Dewi Anjani menyulap tempat dengan hutan belantara itu menjadi kawasan ramah manusia yang telah berpenghuni.

Baca Juga: Menelisik Cerita Rakyat Terkenal tentang Air Terjun Blawan di Kaki Gunung Ijen

Awal mulanya, ratu jin yang tinggai di puncak Gunung Rinjani pulau itu diingatkan oleh Patih Songan, pengikut setianya, untuk segera melaksanakan titah sang kakek, yakni mengisi pulau yang penuh pepohonan itu dengan manusia.

Pesan tersebut disambut baik oleh Dewi Anjani. Itu sebabnya keesokan harinya ia bersama Beberi, burung kesayangannya dan Patih Songan mencari tempat yang paling cocok digunakan sebagai lahan pertanian manusia.

Setelah menemukannya, ia segera memerintahkan Beberi untuk menebang pepohonan yang sesak di tempat tersebut. Tidak hanya itu, sepuluh pasang suami istri dari prajuritnya dari bangsa jin kemudian diubah menjadi manusia, dan salah satunya dijadikan sebagai kepala suku.

Baca Juga: Cerita Rakyat Singkat dan Pesan Moral: Asal Usul Padi

Kelahiran Doyan Nada, anak manusia yang suka makan banyak

Kemudian mereka hidup sebagai petani di tempat baru itu.

Disebutkan, istri kepala suku itu kemudian melahirkan bayi laki-laki. Ajaibnya, bayi itu sudah bisa berjalan dan berbicara bahkan ketika baru dilahirkan.

Ia kemudian tumbuh menjadi anak yang kuat makan, sehingga orang-orang memanggilnya dengan sebutan Doyan Nada, julukan kepada orang yang mampu menghabiskan banyak makanan. Untuk sekali makan, Doyan Nada bisa menghabiskan tiga bakul nasi yang telah dilengkapi dengan lauk-pauk.

Lama kelamaan, kerakusan Doyan Nada meresahkan kedua orang tuanya. Mereka sudah tidak sanggup lagi menyediakan banyak makanan untuk anak itu. Oleh karenanya, ayahnya memutuskan untuk menyingkirkan anak itu, meski sebenarnya niat tersebut sangat ditentang oleh ibunya.

Baca Juga: Cerita Rakyat Singkat dan Pesan Moral: Asal Usul Tari Guel

Ayah Doyan Nada merancang rencana untuk membinasakan Doyan Nada, sementara ibunya memilih pasrah terhadap nasib anak itu selanjutnya.

Setelah rencana berhasil disusun, pagi setelah itu Doyan Nada diajak ayahnya untuk menebang pohon di hutan. Doyan Nada menyetujuinya tanpa merasa curiga sedikit pun.

Dan ketika sudah di tempat, ayahnya segera menebang pohon lalu mengarahkan arah tumbangnya tepat di tubuh Doyan Nada. Akibatnya, tubuh anak itu tertindih lalu ia meninggal. Jasad itu kemudian ditinggalkan begitu saja.

Tanpa disangka, di pucuk Gunung Rinjani Dewi Anjani menyaksikan proses kematian Doyan Nada. Itu sebabnya ratu jin itu segera mengutus Beberi untuk memercikan banyu urip atau air hidup di jasad Doyan Nada agar anak itu kembali hidup.

Baca Juga: Ringkasan Cerita Rakyat Papua dan Hikmahnya: Peu Mana Meinegaka Sawai, di Balik Mitos Kabut Pembawa Petaka

Doyan Nada bangkit dari kematian,

Doyan Nada kembali hidup. Ia segera berteriak memanggil ayahnya untuk meminta pertolongan. Tapi tak ada jawaban. Segera, ia berusaha melepaskan sendiri tubuhnya dari tindihan pohon itu. Tubuhnya mendadak kuat setelah Dewi Anjani memberinya kekuatan.

Lalu pohon itu ia bawa pulang. Ia juga tidak lupa meminta penjelasan kepada ayahnya mengapa ia ditinggalkan begitu saja. Kata ayahnya, sebenarnya ayahnya tidak bermaksud meninggalkannya.

“Maafkan Ayah Doyan Nada, Ayah kira saat itu kamu sudah meninggal dunia,” kata ayah tanpa rasa berdosa sedikit pun.

Kembali, ayah Doyan Nada merancang rencana kedua untuk membinasakannya setelah melihat anak itu menyantap seluruh hidangan yang ada di rumah. Rencana kedua adalah menenggelamkannya di lubuk yang besar dan dalam.

Baca Juga: Contoh Cerita Rakyat Asal-usul Surabaya Bahasa Jawa Singkat dan Ulasan Pendek Pesan Moralnya

Rencana sang ayah untuk menyingkirkan Doyan Nada

Pada kesempatan berikutnya, ayahnya mengajaknya untuk memancing di tempat itu. Lagi-lagi, tidak ada rasa curiga sedikit pun dari Doyan Nada kepada ayahnya sehingga ia manut saja.

Di lokasi, sang ayah sengaja menggelindingkan batu besar ke arah punggung Doyan Nada ketika sedang asyik-asyiknya memancing. Ia lalu tewas untuk kedua kalinya lalu kembali ditolong oleh Dewi Anjani.

Kejadian yang kedua tersebut pada akhirnya membuat Doyan Nada tersadar bahwa dirinya memang sengaja dibinasakan oleh ayahnya sendiri. Itu sebabnya ia mulai marah, dengan cara membawa batu besar itu pulang lalu membantingnya di hadapan ayahnya.

Doyan Nada Balas Dendam

Merasa tidak tahan dengan segala drama tersebut, ibunya kemudian segera menyuruhnya mengembara demi menjauhkannya dari rencana jahat ayahnya berikutnya. Doyan Nada kemudian pergi dengan bekal dendeng secukupnya.

Baca Juga: Cerita Rakyat Jawa Timur, Legenda Gunung Bromo yang Terletak di Empat Wilayah Lengkap dengan Pesan Moral

Pengembaraan yang tak tentu arah itu kemudian mempertemukan Doyan Nada dengan seorang pertapa yang terlilit akar beringin besar, bernama Tameng Muter. Kata Tameng Muter yang telah diselamatkannya dari lilitan itu, sebenarnya ia sudah bertapa selama sepuluh tahun di tempat tersebut sebab ingin menjadi raja.

Doyan Nada dan Tameng Muter yang telah bersahabat kemudian melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan itu, mereka kemudian dipertemukan dengan Sigar Penjalin, pertapa yang juga terlilit akar beringin besar selama 12 tahun. Sama seperti Tameng Muter, alasannya bertapa adalah karena ingin menjadi raja Pulau Lombok.

Ketiganya kemudian memutuskan untuk mengembara bersama.

Ketika pada siang hari mereka memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon, tiba-tiba ada raksasa bernama Limandaru yang hendak mencuri dendeng milik Doyan Nada. Mereka kemudian bertengkar hebat memperebutkan dendeng itu.
Pada akhirnya, pertarungan itu dimenangkan oleh Doyan Nada.

Baca Juga: Contoh Cerita Rakyat Timun Mas Bahasa Jawa Singkat dan Ulasan Pendek Pesan Moralnya

Setelah kejadian itu, mereka bertiga masuk ke dalam gua. Tanpa diduga, di dalam gua itu mereka menemukan tiga putri dari Madura, Majapahit, dan Mataram yang menjadi tawanan Limandaru yang berasal.

Masing-masing dari tiga pengembara itu kemudian menikahi mereka dan mendirikan kerajaan. Doyan Nada yang menikahi putri dari Majapahit mendirikan kerajaan Selaparang. Tameng Muter yang menikahi putri dari Mataram mendirikan kerajaan Pejanggik. Sigar penjalin yang menikahi putri dari Madura mendirikan kerajaan Sembalun.

Itulah rangkuman cerita rakyat berjudul Doyan Nada yang berasal dari NTB.***

Editor: Niken Astuti Olivia

Tags

Terkini

Terpopuler