Memasuki era Islam, kesenian ini juga dipakai untuk mengiringi upacara pernikahan dan khitanan, sehingga menjadi sangat meriah.
2. Angklung Gubrag
Angklung Gubrag lebih tepat dikatakan sebagai benda peninggalan sejarah, karena hanya ada satu buah saja, yakni di kampung Cipining kecamatan Cigudeg, Bogor.
Angklung ini dianggap (mitos) sebagai penolong warga Cipining tatkala menghadapi masa paceklik akibat Dewi Sri yang tidak menurunkan hujan.
Pada saat para petani kampung Cipining melakukan penanaman, mengangkut dan menyimpan padi di lumbung, Angklung ini selalu dibawa serta sebagai wujud penghormatan kepada Dewi Sri.
3. Angklung Padaeng
Angklung Padaeng inilah yang dipopulerkan oleh Daeng Soetigna. Angklung bertangga nada diatonik yang bisa leluasa dimainkan bersama alat musik lain.
Sebab itulah, berbagai jenis Angklung juga berkembang dari satu jenis Angklung Padaeng ini menyesuaikan dengan kebutuhan permainan.
Satu perangkat Angklung Padaeng bisa berjumlah hingga 42 Angklung, yang terdiri dari 31 melodi kecil dan 11 melodi besar.