Daeng memiliki ide dan berinovasi membuat Angklung dengan tangga nada diatonis sehingga leluasa bisa dimainkan harmonis bersama alat-alat musik Barat dan bisa disajikan dalam bentuk orkestra.
Kepopuleran Angklung semakin meluas, hingga akhirnya PBB, melalui UNESCO, mengakuinya sebagai warisan dunia yang harus dilestarikan sejak November 2010.
Tidak hanya Daeng Soetigna, salah satu muridnya yang bernama Udjo Ngalagena (Mang Udjo), mendirikan “Saung Angklung Udjo” di daerah Bandung.
Mang Udjo meneruskan semangat gurunya untuk terus mengembangkan Angklung dengan memanfaatkan 'Saung Angklung Udjo' sebagai pusat kreativitas yang berkenaan dengan Angklung.
Semenjak itulah Angklung semakin terkenal hingga akhirnya, pengakuan UNESCO atas alat musik tradisional ini diberikan pada November 2010 lalu.
Itulah sejarah dari Angklung, alat musik tradisional yang mendunia hingga dicatat sebagai warisan dunia oleh PBB melalui UNESCO.***