Masih menitik beratkan pada lamanya waktu disekolah, yang berdampak lelah dan bosan, baik siswa maupun guru itu sendiri.
Belum lagi berbagai tugas guru diluar tugas pokok mengajar seperti sistem pelaporan kinerja yang sangat menyita waktu dan tenaga.
Siswa juga sering merasa lelah dengan berbagai tugas yang diberikan oleh guru. Sampai-sampai tidak memiliki waktu istirahat yang cukup untuk diri mereka sendiri.
Sangat bertolak belakang dengan sistem pembelajaran di Finlandia. Disana tidak ada tugas atau PR, durasi sekolah hanya 4-5 jam per hari.
Anak didik lebih leluasa berkreatifitas mengembangkan minat belajar dan potensi diri mereka dengan waktu yang lebih longgar di bawah bimbingan guru.
Tidak ada ujian dalam bentuk apapun di Finlandia termasuk sistem Ranking seperti di Indonesia. Guru benar-benar diberi keleluasaan untuk melakukan assesment siswa.
Kemampuan, bakat, dan minat siswa benar-benar dinilai sesuai dengan potensi masing-masing, sehingga tidak muncul kesan perbedaan antara si 'bodoh' dan si 'pintar'.
5. Kurikulum
Indonesia sangat sering bergonta-ganti kurikulum pendidikan seiring dengan bergantinya pemegang kebijakan oleh pemangku kepentingan.