Sinopsis Cerita Rakyat Kalarahu, di Balik Mitos Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari

- 2 Januari 2023, 12:01 WIB
Rangkuman cerita rakyat Kalarahu penuh pesan moral atau amanat, inilah sinopsis di balik mitos gerhana bulan dan gerhana matahari yang populer di Jawa
Rangkuman cerita rakyat Kalarahu penuh pesan moral atau amanat, inilah sinopsis di balik mitos gerhana bulan dan gerhana matahari yang populer di Jawa /pixabay/syaibatulhamdi

MALANG TERKINI - Kalarahu adalah cerita rakyat yang populer di kalangan masyarakat Jawa. Mengutip data Cerita Rakyat Kemendikbud, kisah di dalamnya menyorot asal mula mitos di balik peristiwa gerhana matahari dan gerhana bulan beredar di masyarakat.

Lantas, seperti apa sinopsis cerita rakyat Kalarahu? Simak kisahnya di bawah ini.

Sinopsis Cerita Rakyat Kalaharu

Ketika Batara Guru hendak menggelar pesta besar-besaran di Kayangan Jonggring Salaka, ia segera memerintahkan Resi Narada untuk mengumpulkan dewa dan dewi di tempat itu.

Batara Guru berkata bahwa dewa dan dewi diizinkan untuk meminum air penghidupan "toya urip" di pesta itu. Katanya, siapa saja yang meminum air itu, ia akan abadi atau hidup selamanya.

Baca Juga: Cerita Rakyat Singkat dan Pesan Moral: Asal Usul Tari Guel

Setelah mendengar titah Batara Guru, Dengan sekejap, Resi Narada telah berhasil mengumpulkan para dewa dan dewi dari seluruh penjuru mata angin di istana Jonggring Salaka yang mengagumkan.

Kemudian, masing-masing dari mereka menanti toya urip dalam cupu manik astagina dituangkan ke dalam botol yang terbuat dari batu zamrud. Lalu botol dari batu mulia itu diletakkan di atas meja berhias mutiara.

Berikutnya, para pembesar dewa dan dewi diminta mengambil air itu lebih dulu, setelah itu diikuti dengan para dewa dan dewi di tingkat biasa. Toya urip yang berbau harum dan bersuhu dingin itu kemudian membuat segar tubuh mereka.

Sementara itu, Kalarahu yang berada di angkasa juga ingin meminum air itu ketika melihat para dewa dan dewi sedang berpesta, itu sebabnya raksasa itu segera menyamar menjadi dewa dan ikut berpesta di dalamnya.

Baca Juga: Menelisik Cerita Rakyat Terkenal tentang Air Terjun Blawan di Kaki Gunung Ijen

"Jika aku berhasil meminum air itu, aku akan hidup selamanya," pikir Kalarahu.

Namun, penyamaran Kalarahu segera diketahui oleh Sang Hyang Surya (Dewa Matahari) dan Sang Hyang Candra (Dewa Bulan). Mereka kemudian melaporkannya kepada Dewa Wisnu.

Dewa Wisnu yang melihat jelmaan Kalarahu sedang meminum air penghidupan, segera melepas panah cakra tepat di bagian leher raksasa itu. Akibatnya, leher Kalarahu putus dan kepalanya terbang ke angkasa.

Kepala itu kemudian abadi karena Kalarahu berhasil meminum air penghidupan sampai ke tenggorokan.

Baca Juga: Cerita Rakyat Lombok NTB: Kisah Doyan Nada, di Balik Terbentuknya Kerajaan Selaparang, Pejanggik, dan Sembalun

Selepas kejadian itu, Kalarahu yang mengetahui bahwa penayamarannya terbongkar gara-gara Dewa Matahari dan Dewa Bulan, sangat marah dan berencana menelan kedua dewa itu.

Ketika pada suatu hari Dewa Matahari telah berhasil tertelan, ia tetap bisa keluar sebab raksasa itu tidak punya perut. Begitu pula saat menelan Dewa Bulan, Dewa Bulan juga bisa keluar.

Hingga kini, masyarakat percaya bahwa gerhana Matahari terjadi ketika Kalarahu berhasil menelan Dewa Matahari, dan gerhana bulan terjadi ketika Kalarahu berhasil menelan Dewa Bulan.

Itulah sinopsis cerita rakyat Kalarahu.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x