Studi Sarankan 10 Cara Ini untuk Mendidik Anak agar Cerdas dan Sukses

- 27 Oktober 2021, 17:40 WIB
Studi menyarankan 10 cara ini untuk mendidik anak agar cerdas dan sukses di masa depan
Studi menyarankan 10 cara ini untuk mendidik anak agar cerdas dan sukses di masa depan /pixabay/Victoria_Borodinova/

MALANG TERKINI - Orang tua mana yang tidak ingin anaknya berprestasi di sekolah dan tumbuh menjadi orang sukses? 

Sebenarnya tidak ada cara yang pasti untuk menjamin kesuksesan dalam mengasuh anak. Namun, sejumlah studi memberikan beberapa pedoman yang dapat meningkatkan peluang Anda untuk mengasuh dan mengiringi pertumbuhan anak Anda dengan baik. 

Berikut adalah sepuluh hal yang harus Anda lakukan untuk membesarkan anak-anak yang cerdas dan berwawasan luas:

Baca Juga: Anak Balita Terlalu Cepat Bisa Membaca, Waspadai Gejala Hiperleksia!

1. Ajarkan keterampilan sosial

Sebuah studi yang dilakukan selama 20 tahun oleh para peneliti di Pennsylvania State dan Duke University menunjukkan adanya korelasi positif antara keterampilan sosial anak-anak di taman kanak-kanak dan keberhasilan mereka saat memasuki usia dewasa.

Mengajari anak-anak Anda cara menyelesaikan masalah dengan teman, berbagi atau pinjam meminjam barang milik mereka, mendengarkan tanpa menyela, dan membantu orang lain di rumah adalah awal yang baik.

2. Jangan terlalu protektif

Dewasa ini, banyak orang tua terlalu khawatir saat melihat anak-anak berusaha memecahkan masalah. Beberapa orang tua terlalu terburu-buru untuk ikut campur dan membantu mereka menyelesaikan masalah mereka.

Pada kajian Universitas Harvard, Julie Lythcott-Haims berpendapat bahwa membiarkan anak-anak membuat kesalahan dan mengembangkan ketahanan mental sangat penting dalam menyiapkan mereka menuju gerbang kesuksesan 

Ini memang tidak mudah. Orang tua harus berjalan beriringan dengan anak-anak demi melindungi mereka, tapi harus tetap bijak membiarkan mereka mengatasi masalah untuk belajar.

Baca Juga: Waspadai, 3 Jenis Gangguan Belajar yang Mungkin Dialami oleh Anak!

3. Libatkan anak-anak di bidang akademik sejak dini

Penelitian menunjukkan bahwa membacakan buku untuk anak-anak dan mengajari mereka berhitung sejak dini dapat sangat memengaruhi kemajuan di tahun-tahun berikutnya.

Namun, yang terbaik adalah mulai melatih anak-anak untuk tidak bergantung pada bantuan orang tua saat mengerjakan tugas sekolah sejak SD.

Sebab, membantu anak Anda mengerjakan pekerjaan rumah sebenarnya dapat menghambat perkembangan mereka. 

Orang tua harus selalu berkomunikasi dengan anak untuk memantau perkembangan, minat, maupun kekurangan mereka dan mendorong mereka untuk bertanggung jawab atas tugas mereka secara mandiri.

4. Jangan biarkan mereka terperangkap di depan layar

Terlalu banyak waktu di depan layar gadget telah dikaitkan dengan obesitas pada masa kanak-kanak, pola tidur yang tidak teratur, dan masalah perilaku. 

Selain itu, sebuah studi tahun 2017 oleh Greg L. West di University of Montreal mengungkapkan bahwa bermain game “tembak-menembak" dapat merusak otak yang berhubungan dengan hilangnya sel. 

Jadi apa yang bisa kita lakukan dengan benda atau program digital yang sangat membantu itu? Menurut American Academy of Pediatrics, hiburan di depan layar harus dibatasi hingga dua jam sehari. 

Anda juga bisa mendorong anak-anak Anda untuk menjadi pembuat konten daripada konsumen pasif. Dorong mereka untuk belajar pemrograman komputer, desain 3D, aransemen musik digital, dan jadi lebih produktif.

Baca Juga: Doa Mengantarkan Anak ke Sekolah atau Tempat Les, Versi Arab, Latin, dan Terjemah

5. Ekspektasi tinggi

Data dari survei nasional, tim UCLA mengungkapkan bahwa harapan orang tua untuk anak-anak mereka memiliki efek besar pada prestasi.

Studi tersebut menemukan bahwa, pada saat anak-anak berusia empat tahun, hampir semua anak dengan prestasi dan kinerja yang baik tumbuh dengan dukungan orang tua yang mengharapkan mereka untuk mencapai gelar sarjana.

6. Jangan terlalu banyak memuji anak-anak, seperti memuji kecerdasan atau penampilan

"Wow, kamu mendapat nilai A tanpa belajar? Kamu sangat pintar!"

Tidak. Jangan lakukan itu. 

Sebuah penelitian di Universitas Stanford menunjukkan bahwa memuji anak-anak dengan pernyataan seperti di atas dan berfokus pada kecerdasan mereka, sebenarnya dapat memicu kinerja yang kurang baik. 

Sebagai strategi pengasuhan alternatif, orang tua didorong untuk memberikan pujian yang berfokus pada upaya yang dilakukan anak-anak untuk menghadapi tantangan. Contohnya, tekadnya yang kuat, ketekunan, kedisiplinan, atau kesabarannya.

7. Berikan tugas

Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa melakukan pekerjaan rumah sederhana bermanfaat bagi perkembangan anak. 

Namun, dalam jajak pendapat Braun Research, hanya 28 persen orang tua mengatakan mereka secara teratur memberikan tugas ini kepada anak-anak mereka. 

Sebuah analisis data dari Universitas Minnesota menemukan bahwa tolak ukur untuk memprediksi keberhasilan anak saat menginjak dewasa adalah di masa dewasa muda adalah kesediaan anak-anak melakukan tugas-tugas di usia sekitar tiga atau empat tahun.

8. Jangan mengabaikan mereka

Menurut survei oleh Common Sense Media, 28 persen remaja mengatakan orang tua mereka kecanduan perangkat seluler mereka. 

Studi terbaru lainnya oleh AVG menemukan bahwa 32 persen anak yang disurvei merasa dirinya tidak penting ketika orang tua mereka sibuk sendiri dengan ponsel mereka. 

Sebagai orang tua sangat penting untuk mengetahui kapan harus sibuk dengan gadget dan kapan harus fokus pada keluarga.

9. Wujudkan lingkungan rumah yang damai dan penuh kasih

Tinjauan studi University of Illinois menyebutkan, anak-anak dalam keluarga penuh konflik cenderung bernasib kurang baik dibandingkan anak-anak yang tumbuh di keluarga yang rukun. 

Menciptakan lingkungan yang penuh kasih adalah awal dari tumbuhnya keturunan yang sehat dan produktif. Jika Anda benar-benar bertengkar dengan pasangan, dianjurkan untuk tidak melewati batas batas dan fokus pada rekonsiliasi serta solusi.

Baca Juga: Orang Tua Harus Ajarkan 7 Nilai Kehidupan Ini pada Anak Sejak Dini

10. Jangan terlalu otoriter dan jangan terlalu permisif

Diana Baumrind, dalam studinya pada tahun 1966, membedakan antara orang tua yang otoriter, permisif, dan otoritatif (disiplin sekaligus penuh kasih). 

Ketika seorang anak mencontoh orang tua mereka yang berwibawa, mereka belajar keterampilan mengenai pengaturan emosi dan pemahaman sosial yang sangat penting untuk kesuksesan mereka di masa depan.***

Editor: Lazuardi Ansori

Sumber: inc.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah