MALANG TERKINI – Pembahasan mengenai stunting akhir-akhir ini hangat diperbincangkan, terutama oleh para ibu.
Stunting adalah kondisi balita yang mengalami gagal tumbuh akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama, terpapar infeksi, dan kurang stimulasi.
Perbedaan balita yang mengalami stunting dan normal dapat dilihat dari tinngi dan berat badan.
Balita yang stunting memiliki tubuh yang lebih pendek dari anak seusianya. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari perkembangan otak, otak pada anak stunting tidak terbentuk dengan baik.
Baca Juga: Mengenal Childfree yang Sedang Viral: Pengertian, hingga Sejarah
Apakah anak yang memiliki tubuh pendek pasti stunting? Jawabannya adalah tidak, tetapi perlu dibedakan oleh dokter anak terlebih dahulu untuk mengetahui kenapa tubuh anak pendek, yang pasti anak stunting mesti pendek.
Penyebab stunting pada anak
Penyebab stunting dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Gizi buruk yang dialami ibu hamil maupun anak balita
2. Pengetahuan ibu terhadap kesehatan dan gizi yang masih kurang, baik sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah melahirkan.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Tontonan untuk Anak Usia Dini dari dr. Mesty
3. Terbatasnya layanan kesehatan, termasuk layanan untuk ibu selama masa kehamilan
4. Kurangnya akses makanan bergizi, karena harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal
5. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
Ciri-ciri anak yang mengalami stunting
1. Pertumbuhan melambat
Baca Juga: Pentingnya Kesadaran Orang Tua Terhadap Kesehatan Mental pada Anak
2. Kemampuan tes perhatian dan memori belajar yang buruk
3. Pertumbuhan gigi terlambat
4. Tanda pubertas terlambat
5. Wajah tampak lebih muda dari usianya
Baca Juga: Ilmu Parenting Sering Diremehkan hingga Pernikahan Usia Dini Marak Terjadi
6. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam dan tidak banyak melakukan eye contact
Cara mencegah stunting pada anak
Tetapi, stunting tetap dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal, di antaranya adalah
1. Gizi sejak hamil dipenuhi dengan baik
Memenuhi gizi sejak masa kehamilan merupakan tindakan yang relatif ampuh untuk mencegah stunting pada anak. Ibu hamil sangat disarankan untuk mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, maupun suplemen serta rajin memeriksakan diri ke dokter.
Baca Juga: Resep dan Cara Membuat Jajanan Anak SD Populer, Mulai Telur Gulung sampai Cimol Anti Meledak
2. Beri bayi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
Kandungan gizi pada ASI berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak. Selain itu, protein whey dan kolostrum pada susu ibu mampu meningkatkan kekebalan tubuh bayi
3. Berikan MPASI yang sehat
Setelah enam bulan, ibu bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI, dengan syarat makanan tersebut mampu memenuhi gizi yang sebelumnya selalu berasal dari ASI.
Baca Juga: Roger Danuarta Punya Pengalaman Buruk dengan Babysitter: Trauma Banget
4. Memantau tumbuh kembang anak
Ibu harus rajin membawa buah hatinya ke Posyandu atau klinik khusus anak, agar lebih mudah mengetahui apabila ada gangguan pada perkembangan anak. Selain itu, terus pantau tinggi dan berat badan anak, pastikan seimbang.
5. Menjaga kebersihan lingkungan
Anak rentan mengalami penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kotor, faktor tersebut juga meningkatkan peluang anak mengalami stunting.
Baca Juga: Kronologi Anak Balita Jatuh dari Lantai 2 di Masjid Al Jabbar Bandung, Korban Dirawat di Ruang ICU
6. Perbaikan pola asuh
Perbaikan pola asuh dapat dimulai dengan memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi pada remaja yang nantinya sebagai cikal bakal keluarga.
Setelah itu, edukasi kepada ibu hamil agar memahami pentingnya kebutuhan gizi saat hamil, memberikan stimulus bagi janin, serta memeriksakan kandungan minimal empat kali selama kehamilan.
Perlu diketahui, stunting dapat menjadi ancaman terhadap kualitas manusia dan juga kemampuan daya saing bangsa.
Baca Juga: Siapa Nama Panjang Kiano? Inilah Profil Biodata Anak Sulung Baim Wong
Hal itu karena, selain pertumbuhan fisik anak stunting yang terganggu, pertumbuhan otaknya pun ikut terganggu. Tentu itu semua akan sangat berpengaruh terhadap prestasi anak di sekolah, serta menganggu produktivitas dan kreativitas di usia produktif.***