Pernikahan Adat Jawa: Janur Kuning hingga Pisang Raja, Dekorasi yang Sarat Makna

- 25 Desember 2022, 09:04 WIB
Ilustrasi hiasan dekorasi pernikahan adat Jawa memiliki nilai dan filosofi mendalam.
Ilustrasi hiasan dekorasi pernikahan adat Jawa memiliki nilai dan filosofi mendalam. /Pixabay/akuarius-serius

MALANG TERKINI - Adat pernikahan di Indonesia sangat beragam dengan busana, prosesi, dan dekorasi yang berbeda, tak terkecuali dalam tradisi Jawa.

Selain busana dan prosesi, ternyata dekorasi pada pernikahan adat Jawa juga memiliki nilai dan filosofi yang mendalam.

Dekorasi pada pernikahan adat Jawa biasanya dihiasi dengan berbagai macam dedaunan serta tumbuhan.

Baca Juga: Larangan Menikah dalam Adat Jawa, Jika Dilanggar Bisa Mendatangkan Petaka Salah Satunya Gagal Nikah

Umumnya, sehari sebelum pernikahan berlangsung, rumah dari penyelenggara pernikahan akan ditata dan dipasang tenda.

Kegiatan ini disebut sebagai Tarub yang berasal dari kata Ditata Karep Ben Murup (ditata supaya lebih hidup).

Selain pemasangan tenda, di lokasi pernikahan juga akan dihias dengan janur kuning, anyaman daun kelapa, sepasang pisang raja suluhan, serta berbagai macam dedaunan..

Masing-masing hiasan yang ada pada dekorasi pernikahan adat Jawa sarat akan makna, misalnya hiasan janur kuning.

Baca Juga: Mengenal Upacara Panggih pada Pernikahan Adat Jawa yang Akan Dilakukan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono

Makna Janur Kuning dalam Adat Jawa

Janur kuning akan dipasang pada hiasan pintu masuk dan juga di beberapa sisi di pelaminan.

Janur berasal dari kata Sejane ning Nur (Harapan pada Nur Ilahi) dan kuning berasal dari kata Kalbu kang Wening (hati yang bersih).

Maka, janur kuning dalam pernikahan adat Jawa bermakna niat hati yang bersih untuk menikahkan pengantin dengan mengharapkan rida dari Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Juga: Makna Bleketepe dalam Pernikahan Adat Jawa yang Juga Dilakukan Keluarga Kaesang Pangarep dan Erina Gudono

Anyaman daun kelapa juga menjadi hiasan dekorasi yang lazim digunakan pada pernikahan adat Jawa. Dalam tradisi Jawa, anyaman daun kelapa sering disebut sebagai Bleketepe yang diserap dari kata Bale Katapi.

Bale Katapi sendiri berarti tempat di mana kotoran akan dipilah untuk dibuang. Dari sini, Bleketepe atau anyaman daun kelapa merupakan simbol penolak bala agar acara pernikahan dapat berjalan lancar tanpa halangan.

Pisang raja suluhan sering digunakan sebagai dekorasi dalam pernikahan adat Jawa. Pisang raja suluhan adalah pisang raja yang sebagian buahnya sudah matang secara alami.

Baca Juga: Terungkap Arti Uang Rp300 Ribu Mahar Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono, Ternyata Penuh Makna

Penggunaan pisang raja suluhan merupakan simbol harapan agar pengantin bisa bersikap lebih dewasa dalam menyikapi sesuatu.

Mereka sudah menjadi orang dewasa, bukan anak-anak lagi, sehingga jika ada masalah harus bisa diselesaikan secara damai.

Biasanya pisang raja diletakkan di sisi kiri dan kanan pintu masuk lokasi pernikahan.

Baca Juga: Kumpulan Momen Lucu di Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono

Tidak hanya janur kuning, anyaman daun kelapa, dan juga pisang raja yang ada dalam dekorasi pernikahan adat Jawa.

Berbagai jenis dedaunan juga digunakan sebagai hiasan, seperti daun beringin, daun alang-alang, dan daun mojo-koro.

Penggunaan hiasan dedaunan ini menjadi simbol bahwa pengantin akan hidup aman dan damai serta dijauhkan dari bahaya.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x