Mengapa Konten Receh Bisa Membuat Seseorang Mudah Tertawa? Inilah 2 Alasan Sederhana

- 15 September 2023, 11:11 WIB
 Komika David Nurbianto. ANTARA/Arif Ariadi/spt.
Komika David Nurbianto. ANTARA/Arif Ariadi/spt. /

Sedangkan mereka yang gampang tertawa bahkan untuk suatu hal yang tidak lucu sekali pun disebut memiliki selera humor receh.

Setiap orang mempunyai selera humor yang berbeda, baik dalam melontarkan atau merespons dan menikmati humor. Selera itu terbentuk oleh sejumlah faktor beberapa di antaranya adalah pendidikan, kecerdasan, dan lingkungan pergaulan.

Pergaulan di jagat media sosial amatlah majemuk, sayangnya PKR dan penikmatnya malah melaju memimpin arus, sedangkan konten edukasi yang menginspirasi justru tenggelam oleh kehebohan hal-hal viral yang tak membawa kebermanfaatan. Bagaimana cara memahami situasi ini?

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang Achmad M. Masykur melihat kondisi masyarakat yang lelah membutuhkan hiburan segar untuk melepas penat dengan sesuatu yang easy listening, receh atau dia menyebutnya dengan istilah 'gak mbejaji’.

Akung, sapaan akrab mahasiswa Program Doktoral Psikologi Universitas Airlangga Surabaya itu lalu memberi contoh beberapa konten yang viral akhir-akhir ini seperti “begitu syulit lupakan Rehan”, “to ganjel to”, dan yang terbaru “bercyandya” dari mahasiswa baru UGM Yogyakarta.

Ketika ada sesuatu yang viral, warganet bergegas mencari tahu lalu mengimitasinya karena mereka tidak mau dianggap kurang up date (kudet), perilaku itu akan membantu efek viral.

Belum lagi eksposur masif karena setting algoritma medsos, yang mencekoki warganet dengan konten itu lagi dan itu lagi yang selalu mampir ke lini masa atau timeline.

Walau begitu warganet bisa mengontrol setiap stimulus yang intens muncul itu dengan tindakan menghentikan atau justru meneruskan yang akan membuat sebuah konten semakin viral.

Bila menggunakan standar dan tolok ukur bahwa semua konten di ranah publik mestinya terhubung dengan peradaban yang baik, bermanfaat, berguna, serta penuh keadaban, maka popularitas konten receh barangkali menjadi indikasi ada yang salah dari selera canda kita.

Sebagai contoh viralnya Odading Mang Oleh yang menggunakan kata anying, dari kata dasar anjing, yang sesungguhnya adalah umpatan yang buruk.

Halaman:

Editor: Ianatul Ainiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x