Mengapa Konten Receh Bisa Membuat Seseorang Mudah Tertawa? Inilah 2 Alasan Sederhana

- 15 September 2023, 11:11 WIB
 Komika David Nurbianto. ANTARA/Arif Ariadi/spt.
Komika David Nurbianto. ANTARA/Arif Ariadi/spt. /

“Di sinilah kita boleh khawatir, ketika ia hadir masif justru menjadi pembenaran atas suatu hal yang sesungguhnya menyalahi nilai-nilai yang sudah ada,” kata Akung.

Menjadikan konten receh sekadar sebagai sebuah hiburan, menurutnya tidak masalah, tetapi kalau dosisnya kelewatan, berlebihan, dan tidak diaplikasikan secara tepat, ini berpotensi menjadi gangguan psikologis. Atau setidaknya, mengganggu dalam relasi interpersonal.

Selera humor

Mudahnya konten receh menjadi viral terkait dengan selera humor warganet sebagai pembuat, penikmat, dan penyebarnya. Apalagi media televisi turut memberi panggung bagi para PKR dengan ekspos konten yang mereka buat, maka racun receh itu makin menyebar liar.

Bagaimanapun tingkat literasi masyarakat turut memengaruhi tinggi rendahnya selera humor, atau selera seni dalam konteks yang lebih kompleks.

Secara lebih rinci, berikut adalah sejumlah faktor yang berkontribusi dalam membentuk selera humor seseorang:

Usia. Anak bayi memiliki selera humor yang sangat receh. Bayangkan, dia digoda dengan candaan “ciluk baa…” saja sudah terkekeh-kekeh bukan main, bahkan ketika diulang-ulang si bayi masih terkekeh juga. Seiring bertambahnya usia “ciluk baa” tidak lagi lucu baginya dan selera humornya akan terus meningkat. Namun pada manusia usia lanjut, gaya guyonan akan kembali seperti anak-anak.

Pendidikan. Pendidikan yang baik mampu membangun kerangka pikir dan nalar seseorang sehingga ia akan selektif menerima informasi (termasuk humor) yang perlu ditanggapi atau diabaikan olehnya.

Kecerdasan. Orang cerdas selera humornya tinggi, ia lebih suka candaan yang cerdik. Reaksi yang ditampilkannya bukan tertawa terbahak-bahak melainkan tawa tergelitik. Peneliti dari Austria yang dimuat dalam jurnal Personality and Individual Differences menemukan bahwa orang-orang yang lucu, terutama mereka yang menyukai dark humor atau guyonan yang agak sarkas dan pedas, biasanya memiliki IQ yang lebih tinggi daripada orang yang tak punya selera humor.

Penelitian memaparkan bahwa otak mereka memproses informasi secara kognitif maupun emosional dengan lebih baik ketika menanggapi humor. Mereka yang punya selera humor tinggi juga lebih baik dalam kecerdasan verbal dan nonverbal.

Halaman:

Editor: Ianatul Ainiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x