5 Tanda Kekerasan Emosional yang Tak Disadari dalam Hubungan Percintaan

17 November 2021, 06:20 WIB
Ilustrasi - Tanda-tanda kekerasan emosional dan psikologis dalam asmara /Pixabay/SeaReeds

MALANG TERKINI - Tanda-tanda kekerasan fisik seperti memar dan goresan mudah dilihat, tetapi dinamika kekerasan dalam hubungan percintaan tidak berhenti sampai disitu. Ada beberapa tanda kekerasan emosional yang kerap kali tidak disadari banyak orang.

Michele Kambolis, PhD, seorang terapis klinis dan spesialis kesehatan pikiran-tubuh di Kanada mengatakan bahwa pandangan sempit tentang kekerasan dalam hubungan memicu timbulnya beban lain yang tak kalah berat.

Sementara itu, Jennifer C. Genovese, PhD, asisten profesor di Syracuse University's Falk College di New York mengatakan pelecehan emosional, psikologis, seksual, keuangan, hingga tindak menguntit semua termasuk dalam kekerasan dalam rumah tangga.

Baca Juga: Tak Hanya Trauma, Hukuman Kekerasan Fisik Mempengaruhi Hubungan Interpersonal Saat Dewasa

Tanda-tanda pelecehan dan kekerasan non-fisik semacam ini tidak mudah dideteksi oleh orang luar.

Dr. Genovese mengatakan pentingnya mengenali berbagai macam tindakan tersebut sebab hubungan yang ‘menyiksa’ mungkin tampak intens atau romantis pada awalnya.

Siapa yang berisiko mengalami kekerasan dalam hubungan asmara?

Baca Juga: Daftar Lagu yang Diciptakan Taylor Swift untuk Deretan Para Mantannya

Pada Everyday Health, dr Genovese mengungkap pelaku dan korban hubungan penuh kekerasan emosional bisa berasal dari semua lapisan masyarakat, semua latar belakang ekonomi, budaya, dan dari semua ras, usia, gender, atau seksualitas.

Sementara itu Michelle Kambolis mengatakan perempuan lebih besar kemungkinannya untuk mengalami kekerasan dalam rumah tangga daripada pria.

WHO memperkirakan bahwa satu dari tiga wanita di seluruh dunia telah mengalami kekerasan seksual dalam hidup mereka. Faktor risiko tambahan untuk kekerasan dalam hubungan, antara lain:

Baca Juga: Sinopsis My Love My Enemy, Chemistry Apik Megan Domani dan Farhan Rasyid

· Riwayat kekerasan dalam keluarga sendiri

· Ketidakstabilan finansial

· Norma gender tradisional

· Kurangnya dukungan sosial

· Tingkat pendidikan rendah

 Baca Juga: Tak Hanya Trauma, Hukuman Kekerasan Fisik Mempengaruhi Hubungan Interpersonal Saat Dewasa

Tindakan kekerasan non-fisik dalam berhubungan

Lima tanda kekerasan emosional yang sering kali tidak dikenali antara lain:

1. Pasangan bersikeras menemani Anda sepanjang waktu

Seorang pelaku yang ingin mengisolasi Anda dari orang lain tidak pernah meninggalkan Anda sendirian. Ini bukan karena mereka mencintai Anda, melainkan ingin mendominasi hidup Anda.

Pelaku dapat secara tidak langsung mengurung seseorang dengan tidak mengizinkan mereka pergi kemanapun. Dr Genovese mengingatkan pelaku mungkin bisa semakin posesif dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Menjelang 25 November 2021, Inilah Sejarah Singkat Hari Guru Nasional dan HUT PGRI Ke-76

2. Mereka menggunakan taktik gaslighting

Gaslighting adalah bentuk pelecehan psikologis di mana pelaku memanipulasi pikiran korban hingga korban justru mempertanyakan realitasnya sendiri.

Menurut dr Genovese, gaslighting memicu kebingungan korban seolah apa yang dilakukan korban tidak sesuai dengan keadaan hingga korban mempertanyakan perasaan mereka sendiri.

Michelle Kambolis mengatakan seiring waktu, orang yang dilecehkan mungkin akan mempertanyakan pikiran mereka sendiri dan ini membuat mereka semakin bergantung pada pelaku.

3. Mereka menggunakan 'Bom Cinta' untuk menyamarkan serangan emosional

Pelecehan emosional sering kali melibatkan serangan emosional untuk menjatuhkan harga diri orang lain, membuat mereka merasa tergantung, dan tidak mampu berbuat apa-apa.

‘Bom cinta’ bisa berupa hadiah, pujian, permintaan maaf, dan janji muluk-muluk untuk tidak pernah mengulangi perilaku kasar. Satu-satunya hal yang bisa menyelesaikan serangan ini adalah memutuskan hubungan.

4. Korban sering kali tampak ingin menyenangkan hati pelaku

Dr Genovese menjelaskan, seseorang yang mengalami kekerasan emosional dalam berhubungan mungkin berusaha menyenangkan hati pelaku untuk meminimalisir tindak kekerasan atau pelecehan.

Misalnya, mereka mungkin menghindari menjawab pertanyaan di depan orang lain tanpa meminta izin dari pelakunya. Pemberian izin ini mungkin nonverbal seperti anggukan halus, atau kedipan mata.

The Dawn Wellness Center and Rehab, pusat rehabilitasi terakreditasi internasional melaporkan hal ini justru makin menjebak dan menciptakan ketergantungan dalam hubungan.

5. Hubungan tidak berakhir dengan mudah

Michelle Kambolis mengungkap seseorang yang mengalami kekerasan mungkin mencoba untuk meninggalkan hubungan, kembali pada pasangannya lagi, sebelum sepenuhnya mengakhiri hubungan.

Menurut Women Against Abuse, ada beberapa alasan seseorang kesulitan meninggalkan pasangan, yakni:

· Mereka memiliki ketergantungan besar dengan pasangan seperti tempat tinggal, moda transportasi, takut miskin, khawatir akan kesejahteraan anak-anak

· Takut pada pembalasan dari pelaku

· Pelaku juga dapat mengancam melukai diri sendiri atau bunuh diri

Michelle Kambolis juga menegaskan, kekerasan emosional dan psikologis bukanlah kesalahan korban.

Korban tidak bisa memenuhi keinginan pelaku terus menerus dalam situasi yang tidak berdaya. Namun, mencari dukungan sosial untuk mengakhiri hubungan adalah hal yang utama.***

Editor: Gilang Rafiqa Sari

Sumber: Everyday Health

Tags

Terkini

Terpopuler