4 Fakta Terkait Penyakit Leptospirosis yang Sebakan 6 Warga Semarang Meninggal

28 Oktober 2022, 09:41 WIB
Ilustrasi: 4 Fakta Terkait Penyakit Leptospirosis yang Sebakan 6 Warga Semarang Meninggal /Freepik/freepik/

MALANG TERKINI – Beberapa hari ini, publik sedang ramai mengenai enam warga Semarang yang meninggal dunia akibat terkena penyakit Leptospirosis.

Pada 27 Oktober 2022 dikabarkan ada sebanyak 22 kasus penyakit disebabkan Leptospirosis dan 6 diantaranya meninggal dunia.

Menurut catatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah, total ada 389 orang terkena penyakit Leptospirosis dan 55 orang diantara pasien tersebut meninggal dunia.

Baca Juga: 5 Fakta dari Ajang Kecantikan Miss Grand Internasional 2022 yang Digelar di Indonesia

Penyakit Leptospirosis yang sudah menyebabkan beberapa warga Semarang meninggal diduga karna terkena uruin atau darah hewan yang terinfeksi seperti tikus, anjing dan babi.

Berikut 4 fakta terkait penyakit Leptospirosis yang menyebabkan kematian. Fakta ini perlu untuk diketahui seluruh masyarakat

1. Apa Leptospirosis itu ?

Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri leptospira interrogans dan disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi kepada manusia.

Penyakit ini dapat berakibat paling buruknya ialah kematian. Penyakit Leptospirosis dapat menginfeksi manusia melalui paparan air atau tanah yang sudah terkontaminasi urine atau darah dari hewan pembawa bakteri tersebut.

Baca Juga: Doa Nabi Ayyub AS Syafakillah, Doa Disembuhkan dari Penyakit Menahun

Seringkali penyakit ini mudah menjangkiti manusia yang didaerahnya rawan terkena banjir. Selain itu, penyakit Leptospirosis ini juga mudah menyerang kepada orang yang sering kontak dengan hewan pembawa baktreri tersebut.

Penularannya sering terjadi bila orang-orang kontak dengan media yang bersentuhan langsung dengan hewan pembawa bakteri seperti lingkungan, air, tanah becek, lumpur.

Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit yang luka atau lecet atau selaput lender pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai, selokan.

Hewan yang menjadi sumber penularan antara lain Tikus, Kucing, Anjing, Sapi, Babi dan Kambing.

Masa inkubasi bakteri Leptospirosis pada tubuh manusia antara dua hingga tiga puluh hari. Tapi rata-rata hingga 7 – 10 hari setelah terinfeksi awal.

Baca Juga: Ramai Terkait Penyakit Gagal Ginjal Akut Anak, Inilah 3 Fakta Penyakit Ginjal Kronis

2. Penyebab Leptospirosis

Penyebab utama dari penyakit Leptospirosis ialah adanya bakteri Leptospira di medium pembawa.

Seringkali orang terkena penyakit ini karna tinggal dan beraktivitas di wilayah banjir atau bekas banjir.

Selain itu bisa juga dikarenakan di lingkungan tempat tinggal banyak ditemukan tikus. Sering melakukan aktivitas di sungai . Sering melakukan olahraga berenang, dan resiko dari sebuah pekerjaan yang dijalani.

Pekerjaan yang sering atau beresiko terkena penyakit ini ialah petani, peternak, petugas kebersihan, pemotongan hewan, tentara, pekerja tambang, pekerja saluran pembuangan, dan nelayan.

Baca Juga: Waspada! Subvarian Omicron Terdeteksi di Indonesia, Perhatikan Gejala Covid XBB

3. Gejala Leptospirosis

Gejala penyakit leptospirosis yang dirasakan oleh orang – orang yang sudah terinfeksi dibagi menjadi dua yaitu gejala ringan dan gejala berat.

Gejala ringan yang timbul antara lain Demam diatas 38 derajat celcius, menggigil, mual dan muntah, nyeri perut, diare, terasa sakit kepala, badan lemas dan lemah, terasa nyeri otot hingga kesulitan berjalan, muncul kemerahan pada sudut selaput mata, dan terakhir muncul kekuningan pada kulit dan mata.

Gejala berat yang timbul yaitu, muncul kuning pada bagian badan, disfungsi ginjal, nekrosis hati, disfungsi paru-paru dan pendarahan.

Baca Juga: Mulut Pahit Saat Sakit? Gunakan Tips Ini, Dijamin Doyan Makan

4. Cara Pencegahan dan Pengobatan Leptospirosis

Untuk pencegahan bisa simpan makanan dan minuman di wadah aman agar terhindar dari tikus. Rajin cuci tangan dan kaki setelah dari tempat yang sering muncul bakteri leptospira.

Menyediakan dan menutup rapat tempat penampungan air dan tempat sampah. Selalu jaga kebersihan lingkungan sekitar dengan rajin membersihkan dan menggunakan disinfektan.

Bila ditemukan banyak tikus, segera pasang perangkap tikus. Bila dibagian tubuh terdapat luka segera tutup dengan perban yang kedap air.

Dan jika akan berkerja ke daerah yang selalu basah dan kotor, gunakan pengaman seperti sepatu boots. Selain itu bisa dengan vaksin anti-leptospira untuk hewan peliharaan dan hewan ternak.

Apabila seseorang mengalami gejala yang mengindikasikan penyakit ini maka segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas Kesehatan terdekat.

Lakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui apa ada tanda infeksi dan kompikasi seperti anemia, gangguan fungsi ginjal dan hati.

Jika ada keluhan sakit kepala hebat bisa mengindikasi adanya tanda peradangan selaput otak, seringkali dokter juga meminta adanya pemeriksaan cairan otak.

Pemeriksaan serologi juga bisa dilakukan untuk mengetahui adanya antibodi leptospira dalam tubuh. Pemeriksaan meliputi microscopic agglutination test (MAT), enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), dan immunofluorescent antibody test

Jika mendapati gejala sesak nafas maka akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan sinar-X dada untuk mengetahui apakah ada komplikasi paru-paru yang disebabkan infeksi bakteri tersebut.

Baca Juga: Apa itu Penyakit Cacar Monyet? WHO: Status Cacar Monyet sebagai Darurat Kesehatan Global!

Terapi bagi penderita penyakit ini ada dua yaitu Non-Farmakologi dan Farmakologi. Untuk non farmakologi dengan pemberian cairan dan nutrisi. Pemberian cairan yang mengandung elektrolit sampai tercapai hidrasi yang baik.

Lalu monitoring elektrolit dan produksi urine yang seimbang dengan masuknya cairan dalam sehari. Kalori diberikan mempertimbangkan keseimbangan nitrogen.

Terapi farmakologi diberikan sesuai gejala yang terasa. Bila ada rasa sakit dibeikan analgetik, bila ada rasa gelisah dan cemas diberikan sedatif. Bila muncul demam diberikan antipiretik, bila muncul kejang diberikan antikejang.

Bila gangguan fungsi ginjal yang terdeteksi maka dilakukan perawatan dengan diet dan hemodialisis. Namun tidak selalu dengan hemodialisis apabila bisa dengan menyeimbangkan cairan dalam tubuh.

Terdapat variasi dari pemberian antibiotik pada penderita penyakit leptospirosis. Bagi pasien yang suspect bisa dibeikan doksisiklin selama 7 hari atau Amoksisilin atau ampisilin selama 7 hari.

Bila seseorang pasien yang probable leptospirosis bisa diberikan injeksi penisilin, injeksi seftriaxon, injeksi sefotaxim, injeksi amoksilin, injeksi ampisilin dan injeksi eritromisin. ***

Editor: Gilang Rafiqa Sari

Tags

Terkini

Terpopuler