13 Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual Pemilik Sekolah Keagaamaan di Bandung, Hingga Melahirkan

9 Desember 2021, 07:07 WIB
Ilustrasi - Oknum pondok pesantren lakukan kekerasan seksual terhadap santriwati hingga 13 orang korban /Pixabay/Sam Williams 

MALANG TERKINI - Kekerasan seksual terhadap anak kembali terjadi di sebuah sekolah keagamaan.

Oknum pemilik sekaligus pengurus sekolah tersebut tega melakukan kekerasan seksual terhadap santriwatinya sendiri yang berjumlah hingga 13 orang anak.

Kekerasan seksual  ini dilakukan oleh oknum pemilik Rumah Tahfiz Al-Ikhlas, Yayasan Manarul Huda Antapani, dan Madani Boarding School Cibiru berinisial HW.

Baca Juga: Kerennya Hutan Menyala di Bandung, Erick Thohir Sempat Berkunjung

HW telah ditangkap dan tengah diadili di persidangan untuk kejahatannya yang merupakan pelanggaran atas Pasal 81 ayat 1 dan 3 Jo pasal 76 D UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak Jo pasal 65(1) KUHP.

HW sebenarnya telah ditangkap pada tanggal 18 Mei 2021 lalu, namun orang tua korban dan saksi mengaku gelisah sebab setelah penangkapan pelaku mereka tidak mendapat kabar mengenai kasus tersebut.

Tidak adanya pemberitaan dari media dan tidak adanya laporan perkembangan kasus menjadikan orang tua gusar.

Baca Juga: FAKTA BARU! Novia Widyasari Pernah jadi Korban Pelecehan Seksual oleh Kakak Tingkatnya di UB

Orang tua korban mengaku bingung dengan nasib anak-anak dan bayi yang masih di kandungan atau yang sudah dilahirkan dari perbuatan bejat HW.

Berdasarkan laporan dari orang tua korban yang dilansir dari akun Facebook Mary Silvita, santriwati yang menjadi korban rata-rata usianya belasan yaitu 13-16 tahun.

Delapan diantara korban telah melahirkan bayi, bahkan satu anak telah melahirkan dua orang bayi.

Baca Juga: Hasil Liga Champions: Munchen Cetak Rekor Sempurna, Barca Gagal Lolos Fase Grup

Sementara berdasarkan data dari UPTD PPA menyebutkan korban sebanyak tigabelas orang dan bayi yang dilahirkan sebanyak lima orang.

Penduduk sekitar sekolah mengaku sering melihat keanehan dari pondok tersebut.

Warga yang tinggal persis di depan pondok santriwati mengaku sering melihat santriwati terlihat ketakutan dan langsung masuk ke dalam rumah setiap kali HW pulang.

Tetangga mengaku seperti ada pembatasan untuk bebicara antara santriwati dengan mereka.

Namun warga pernah mendapat aduan dari seorang anak berusia sembilan tahun asal Papua mengaku sering didorong dan dimarahi.

Baca Juga: 15 Twibbon Hari Anti Korupsi Sedunia 2021 terbaru, Cocok untuk Diposting di Media Sosial

Kejanggalan lain yang terjadi adalah keberadaan anak-anak balita yang berparas mirip HW, padahal usianya sepantaran.

Santriwati juga tampak lebih sering bekerja daripada belajar. Mulai dari mencuci, menjemur pakaian, bersih-bersih, hingga mengaduk semen untuk membangun pagar. Padahal mereka anak perempuan dan masih kecil.

Berdasar informasi yang diperoleh dari MUI Jabar, pelaku dikenal sebagai tokoh masyarakat.***

Editor: Gilang Rafiqa Sari

Sumber: Facebook Mary Silvita

Tags

Terkini

Terpopuler