Carina Citra Dewi Joe, Peneliti Vaksin AstraZeneca dari Jenner Institute Oxford University

- 1 Agustus 2021, 10:29 WIB
Carina Citra Dewi Joe (tengah) salah satu peneliti yang terlibat Vaksin Astrazeneca dari Jenner Institute Oxford University
Carina Citra Dewi Joe (tengah) salah satu peneliti yang terlibat Vaksin Astrazeneca dari Jenner Institute Oxford University /Instagram/desrapercaya

MALANG TERKINI – Indonesia patut berbangga, karena anak-anak mudanya bisa mendunia di dunia internasional. Setelah Indra Rudiansyah, ternyata ada satu lagi yang terlibat dalam penelitian vaksin AstraZeneca.

Dia adalah Carina Citra Dewi Joe, seorang peneliti pengembang vaksin Covid-19 jenis AstraZeneca dari Jenner Institute Oxford University.

Dikutip Malang Terkini dari akun Instagram Desra Percaya @desrapercaya pada 25 Juli 2021, saat diwawancarai langsung melalui live Instagram, Carina mengaku seperti mendapat tanggung jawab besar yang pengaruhnya besar bagi manusia di seluruh dunia.

Baca Juga: Sarah Gilbert Dapat Tepuk Tangan Meriah di Turnamen Wimbledon, Wanita Tangguh Dibalik Vaksin AstraZeneca

Carina menceritakan bahwa banyak suka duka selama proses penelitian yang panjang ini.

Dukanya kita harus bekerja tanpa lelah selama 1,5 tahun, 7 hari seminggu, lebih dari 12 jam sehari tanpa istirahat,”cerita Carina.

Carina menceritakan bahwa vaksin AstraZeneca sudah digunakan di 170 negara dengan 700 juta dosis yang sudah digunakan di seluruh dunia.

Vaksin ini telah menyelamatkan puluhan ribu nyawa manusia di seluruh dunia. Saya senang karena saya bisa lihat hasil kerja keras saya,” ungkap Carina.

Saat ditanya Desra apa cita-cita masa kecilnya sehingga bisa menekuni bidang bioteknologi ini, Carina menjawab cita-cita masa kecilnya standar seperti anak kecil pada umumnya, seperti menjadi dokter atau insinyur.

Baca Juga: Biodata Indra Rudiansyah atau Profil Mahasiswa Indonesia yang Ikut Teliti Vaksin AstraZeneca di Oxford

Saat SMA saya tertarik untuk mempelajari tentang bioteknologi dalam bidang manipulasi genetika, dimana bisa mengganti gen dari hewan atau tumbuhan,” lanjut Carina.

Menurut Carina, di Indonesia belum banyak jurusan tentang bioteknologi pada waktu itu, sehingga dia memutuskan untuk kuliah di luar negeri.

Selesai program S1, dia melanjutkan pendidikan khususnya dengan mengambil master di Australia. Saat itu dia ditawari internship oleh perusahaan Australia.

Setelah itu dia mendapat beasiswa untuk gelar PhD nya bidang bioteknologi di Royal Melbourne Institute of Technology sebagai seorang saintis, kemudian dia mendapat kesempatan magang di perusahaan tersebut selama 6-7 tahun.

Karena saya memiliki latar belakang industri, saat melamar ke Oxford postdoc, mereka senang dengan latar belakang industri saya,” jelas Carina.

Baca Juga: German, Prancis dan Negara Eropa Lainnya Melanjutkan Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Lebih jauh Carina menjelaskan bahwa pengalamannya bisa dijadikan inspirasi utamanya bagi perempuan di seluruh dunia bahwa kalau ada kemauan, pasti ada jalan.

Desra menanyakan apa sebaiknya saran untuk orang yang tidak mau divaksin dan tidak percaya dengan vaksin, Carina mengatakan bahwa wajar dan manusiawi orang tidak percaya vaksin, karena proses pembuatannya yang relatif singkat.

Pada umumnya pembuatan dan penelitian vaksin memang memerlukan waktu sampai 10 tahun. Tapi dalam proses penelitian AstraZeneca ini karena sifatnya emergency, jadi kami melakukan penelitian secara paralel untuk mempercepat prosesnya,” terang Carina.

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa kita harus bisa mengedukasi diri sendiri apa vaksin ini berguna untuk diri kita, karena resiko kena Covid-19 jauh lebih besar tanpa vaksin.

Vaksin itu untuk mencegah, bukan untuk mengobati,” pungkasnya. ***

Editor: Yuni Astutik

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah