Tapi kini, patung-patung tadi diambil oleh penggagasnya, yaitu AY Nasution, setelah minta izin kepada Dudung Abdurachman sebagai Panglima Kostrad saat ini.
Dudung menghargai alasan pribadi AY Nasution yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Dia mengaku tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan.
"Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S/PKI tahun 1965 itu sama sekali tidak benar," ujar Dudung sebagaimana dikutip Malang Terkini dari unggahan di akun Instagram @fadjroelrachman.
Panglima Kostrad tersebut menyakatan, bahwa dirinya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama untuk tidak melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean.
"Jadi, tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami," bantahnya.
Baca Juga: Sineas Muda Belum Berani Garap Film G30S PKI Versi Kekinian seperti Keinginan Presiden Jokowi
Menurut Dudung, seharusnya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo sebagai senior di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan bisa menanyakan langsung kepadanya selaku Panglima Kostrad.
"Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa," ucap Dudung.
Dalam klarifikasinya itu, Dudung Abdurachman juga menyampaikan bahwa foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 masih tersimpan dengan baik di museum tersebut.
Hal itu, kata Dudung, sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean.***