Putra sendiri memang menyukai IT dari remaja. Ia pun menjelaskan mengenai jenis hacker yang dikenal hingga latar belakang penamaan hacker.
“Secara umum di dunia hacker dulu punya konotasi baik, sedangkan konotasi yang jelek disebut cracker. Semakin kesini fenomenanya, yang jelek dikenal dengan hacker. Sekarang, hacker dikenal jadi beberapa jenis, yaitu black hat, white hat, dan grey hat. Ketiganya dibedakan berdasarkan motif dan tujuan, untuk black hat biasanya melakukan kegiatan peretasan secara ilegal, contoh diphasing atau yang mempunyai istilah peretas yang mengubah halaman utama website tujuannya mungkin untuk mencari nama, kepentingan politik dll,” tuturnya.
Putra juga mengaku bahwa saat ini ia termasuk white hat hacker dan seorang cybersecurity analyst di CARRO.
"Sebagai bug hunter dan cyber security professional juga sih, sebenarnya dari dulu saya emang masuk kategori white hat jadi memang membantu perusahaan mencari kelemahan sistem keamanan, jadi kalau udah dapat kelemahannya dilaporin gitu untuk memperbaiki sistem," tuturnya.
Ia pun menuturkan bagi black hack yang memiliki motif tertentu untuk melakukan peretasan umumnya karena ada kepuasan sendiri.
"Hacker itu kaya ada kepuasan sendiri, misalnya dia nge-hack suatu instansi pemerintah atau perusahaan yang ternama. Setelah di-hack akan ramai di berita. Pasti si hacker bakal puas. Berdasarkan teori, seorang hacker itu punya motif MIDC (money, ideology, compromise, ego),” paparnya.
Sementara, Putra sendiri menganggap Bjorka adalah seorang black hat karena melakukan pencurian data secara ilegal.
"Black hat sih dia, aktivitasnya jahat banget gitu. Dia mencuri data, mencampurkan data," kata Putra.
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan bahwa data tersebut valid bukan hoax.