Mereka melakukan perundingan dengan pihak Belanda yang diwakili oleh Mr. W.V.Ch. Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda dari atas Hotel.
Permintaan Soedirman ditolak mentah-mentah oleh Ploegman hingga terjadi perkelahian yang menewaskan Ploegman akibat cekikan dari Sidik.
Perkelahian itu sempat menimbulkan letusan pistol dari Ploegman yang memicu penjaga (tentara Belanda) menembak mati Sidik.
Sementara Soedirman dan Hariyono menyelamatkan diri keluar Hotel dan melihat para pemuda sudah berebut naik ke atas Hotel untuk menurunkan bendera Belanda.
Hariyono dan Soedirman berinisiatif kembali ke dalam Hotel untuk ikut memanjat tiang bendera, dan berhasil meraihnya bersama Koesno Wibowo yang sudah lebih dulu berhasil memanjat dari luar.
Mereka merobek bagian biru bendera dan mengibarkan kembali dengan kondisi yang sudah berwarna Merah Putih.
Setelah insiden Hotel Yamato, bentrokan meletus di berbagai wilayah antara arek-arek Surabaya dengan tentara Inggris dan Belanda.
Bentrokan senjata pertama kali terjadi pada 27 Oktober 1945 hingga muncul serangan secara besar-besaran dari para pejuang Surabaya terhadap tentara Sekutu.
Melihat kondisi tersebut, Jenderal Sekutu D.C. Hawthorn memohon kepada Presiden Soekarno menenangkan massa Surabaya.