4 Alasan di Balik PHK Massal Perusahaan di Indonesia

- 1 Maret 2023, 11:55 WIB
Ilustrasi. 4 alasan di balik PHK massal perusahaan di Indonesia
Ilustrasi. 4 alasan di balik PHK massal perusahaan di Indonesia //Pixabay/lukasbieri

 

MALANG TERKINI – Kita pasti familiar dengan perusahaan startup di Indonesia, seperti: Tokopedia, Shopee, Jd.id, Grab, dll. Beberapa bulan belakangan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan PHK massal.

PHK sendiri merupakan singkatan dari Pemutusan Hubungan Kerja. Maraknya pemberhentian hubungan kerja yang dilakukan perusahaan startup terjadi pada tahun 2022 sampai awal 2023.

Bukan hanya perusahaan startup saja yang melakukan PHK, tetapi perusahaan besar. Perusahaan besar yang melakukan PHK, contohnya: Amazon, Meta, Microsoft serta Twitter. PHK massal yang terjadi di Indonesia karena adanya kabar potensi resesi global yang terjadi di tahun 2023.

Baca Juga: Hati-hati! Jangan Mau jadi 4 Jenis Cowok Badut Cinta, Cek Jenis dan Cirinya

PHK juga dikenal dengan istilah layoff yang berarti suatu tindakan yang yang dilakukan perusahaan dengan memberhentikan karyawan secara paksa.

Alasan maraknya PHK massal yang dilakukan perusahaan startup di Indonesia

Berikut merupakan 4 alasan yang perusahaan di Indonesia melakukan PHK massal:

1. Investor dan perusahaan terlena dengan proyeksi bisnis

Pandemi Covid-19 menyebabkan kebanyakan orang berada di rumah. Dari kebanyakan orang yang beraktivitas di rumah meningkatkan screen time meningkat menjadi 70 persen dan semua aktivitas masyarakat menjadi serba online.

Baca Juga: Kenali 5 Tanda Seseorang Mengalami Toxic Relationship dengan Diri Sendiri

Dengan meningkatnya aktivitas online ini menjadikan keuntungan perusahaan yang menggunakan bisnisnya secara online dan mendapatkan peningkatan permintaan pelanggan. Dari permintaan pelanggan ini, perusahaan startup mulai merekrut karyawan secara agresif.

Setelah kondisi Indonesia semakin menuju kata normal, kondisi pasar juga kembali menjadi normal atau dengan kata lain kondisi pasar menjadi seperti sebelum pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan berkurangnya angka screen time di Indonesia.

Dari berkurangnya angka screen time ini, yang tadinya investor melirik sektor teknologi berkembang, menjadi menarik saham atau modal yang ditanamkan di perusahaan di sektor teknologi informasi.

2. Startup sedang beradaptasi terhadap ekonomi makro

Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini memicu kenaikan suku bunga oleh bank sentral global.

Baca Juga: Ingin Budidaya Lele Berhasil? Simak Penjelasan Tips Mudah Ini

Dilansir dari Kamus Tokopedia.com kenaikan suku bunga atau dapat disebut inflasi merupakan proses meningkatnya harga secara umum dan terus-menerus sehubungan dengan mekanisme pasar yang dipengaruhi banyak faktor.

Faktor yang mempengaruhi mekanisme pasar, antara lain: peningkatan konsumsi masyarakat, likuiditas pasar yang berlebih, hingga ketidaklancaran distribusi pasar.

Dari dampak inflasi ini, menyebabkan startup juga memikirkan keadaan perusahaan dengan memangkas biaya pada pemasaran dan gaji karyawan.

3. Persepsi PHK dapat meningkatkan profitabilitas

PHK memberikan keuntungan kepada perusahaan yaitu meningkatkan margin operasi, mengurangi biaya operasi dan menciptakan kapasitas penjualan yang baik. Pemberlakuan PHK bisa disebabkan dari kinerja karyawan yang mungkin dinilai kurang menguntungkan di perusahaan.

4. Menghentikan strategi bakar uang

Baca Juga: 5 Tips Memilih Semangka yang Matang dan Manis Rasanya, Pembeli Wajib Tau!

Strategi bakar uang diharapkan mampu menarik perhatian pasar dengan cara menghabiskan banyak pengeluaran dalam bentuk promosi secara besar.

Beberapa bulan belakangan perusahaan mencoba untuk mengurangi penggunaan strategi ini dan berfokus pada bisnisnya.***

Editor: Niken Astuti Olivia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah