Membaca Arah 'Politik' Nahdlatul Ulama (NU) di Pemilu 2024

- 11 September 2023, 13:01 WIB
Capres dan Cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berziarah ke makam Ketua Umum PBNU pertama KH Hasan Gipo (1926-1934) di sisi timur Masjid Ampel di sela-sela ziarah walisongi ke makam Sunan Ampel, Surabaya, Sabtu (9/9/23). (ANTARA/Fauzi)
Capres dan Cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berziarah ke makam Ketua Umum PBNU pertama KH Hasan Gipo (1926-1934) di sisi timur Masjid Ampel di sela-sela ziarah walisongi ke makam Sunan Ampel, Surabaya, Sabtu (9/9/23). (ANTARA/Fauzi) /

MALANG TERKINI - Persatuan menjadi kunci diraihnya kemerdekaan NKRI dari sekian banyak perbedaan yang dibersamakan.

Demikian juga soal politik praktis yang memiliki keterkaitan dengan dua hal, yakni kepentingan dan massa.

Sementara itu, untuk massa akan selalu berebut. Khusus di Indonesia, perebutan massa paling seru adalah perebutan massa Nahdlatul Ulama (NU), karena massa NU atau nahdliyyin itu memang setara dengan 50 persen atau lebih dari warga bangsa ini.

Survei terakhir yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Agustus 2023 menunjukkan jamaah NU naik signifikan dari 27 persen pada Agustus 2005 menjadi 56,9 persen pada Agustus 2023. Muhammadiyah justru turun dari 9,4 persen menjadi 5,7 persen.

Pada survei itu menunjukkan bahwa orang yang merasa keluarga besar NU dan Muhammadiyah, dalam 20 tahun terakhir, mengalami perubahan yang sangat drastis.

Untuk NU, mereka yang merasa bagian dari NU atau yang merasa keluarga besar NU, jumlahnya bertambah banyak. Bertambah banyaknya sangat drastis. Sebaliknya, mereka yang merasa bagian dari keluarga besar Muhammadiyah berkurang sekali.

Anjloknya pengikut Muhammadiyah karena masalah kaderisasi, sehingga banyak yang merasa bukan lagi kadernya, padahal semuanya ingin Muhammadiyah, sebagaimana NU bisa terus tumbuh, karena kedua ormas itu mewakili dua segmen Islam moderat di Indonesia.

Dari data hasil survei itu menguatkan argumen bahwa massa NU yang melebihi 50 persen warga bangsa itulah yang menjadi faktor penyebab maraknya perebutan massa NU pada setiap pilpres, pilgub, dan pemilihan.

Perebutan massa NU itu agaknya terlihat dari ikhtiar para petinggi parpol untuk menggaet tokoh-tokoh NU yang merepresentasikan dari Jatim. Sebut saja untuk Pemilu 2024 ada nama-nama, seperti Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, Yenny Wahid, dan sebagainya.

Halaman:

Editor: Ianatul Ainiyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x