Memahami Hirarki Nilai berdasarkan Filsafat Aksiologi menurut Max Scheler

30 Maret 2023, 10:03 WIB
Memahami hirarki nilai filsafat aksiologi menurut filosof Max Scheler /Tangkapan layar YouTube/Sheryl Sanal

MALANG TERKINI – Bidang filsafat tentang nilai yang disebut aksiologi menjadi acuan bagi para akademisi untuk mengetahui kedudukan nilai. Max Scheler, salah seorang filosof asal Jerman menentukan kedudukan atau hirarki nilai yang penting untuk dipelajari dalam menentukan prioritas dalam hidup.

Nilai merupakan sesuatu yang dianggap berharga dan mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Pada umumnya, nilai dianggap sebagai sesuatu yang relatif dan cenderung berubah-ubah tergantung pengalaman yang didapatkan seseorang.

Namun, Scheler berpendapat bahwa nilai merupakan suatu hal yang mutlak. Ia menganggap bahwa nilai merupakan sesuatu yang mutlak dan universal.

Baca Juga: Doa Hari ke 8 Bulan Ramadhan, Teks Arab Latin dan Artinya

Scheler menganggap bahwa nilai universal dirasakan oleh setiap orang sebab nilai muncul terlebih dahulu dibandingkan pengalaman-pengalaman manusia yang cenderung subjektif.

Setiap orang memiliki berbagai macam nilai dalam menjalani hidup. Oleh karena itu, menentukan nilai dalam hidup merupakan sesuatu yang harus dipertimbangkan dengan tepat untuk meraih tujuan hidup. Berikut hirarki nilai menurut Max Scheler:

1. Nilai kesenangan

Nilai kenikmatan/kenyamanan. Nilai ini didasarkan pada penilaian seseorang mengenai suka dan tidak suka; senang dan tidak senang; enak dan tidak enak.

Berdasarkan hal tersebut, suatu kenikmatan dapat dirasakan seseorang dengan memenuhi kepuasan inderawi. Nilai kesenangan cenderung bersifat sementara dan mudah diganti dengan hal lain

2. Nilai kehidupan

Nilai ini didasarkan pada nilai-nilai yang dianggap penting bagi kehidupan seperti kesehatan dan kesejahteraan umum.

Baca Juga: Memahami Ikigai: Filosofi Hidup Orang Jepang untuk Menggapai Tujuan Hidup

Mengenai hal tersebut, seseorang memandang kenikmatan sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan kehidupan seperti melakukan aktivitas olahraga, menjaga pola makan, dan menabung.

Untuk mendapatkan kenikmatan nilai kehidupan, seseorang membutuhkan usaha yang konsisten demi mendapatkan kenikmatan yang lebih tahan lama, terutama kenikmatan yang menyangkut keberlangsungan hidup.

3. Nilai kejiwaan

Nilai ini berorientasi pada kesehatan jiwa seseorang. Nilai kejiwaan tidak bergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungan.

Scheler membagi nilai kejiwaan menjadi tiga bagian yaitu nilai estetika atau keindahan, nilai kebenaran, dan nilai pengetahuan murni yang direalisasikan oleh filsafat.

Nilai estetika atau keindahan

Sebagian orang rela mengorbankan waktu, tenaga maupun finansial untuk mendapatkan pengalaman yang memiliki nilai estetika atau keindahan seperti berlibur ke pantai, mendaki gunung atau pergi ke museum seni.

Baca Juga: 10 Khasiat Mengkonsumsi Buah Kurma untuk Kesehatan

Nilai kebenaran

Sebagian orang memperjuangkan sesuatu yang dianggapnya benar. Orang yang menerapkan nilai ini biasanya juga teguh dalam mempertahankan prinsip keadilan atau memperjuangkan sesuatu demi mewujudkan keadilan.

Berdasarkan hal tersebut, bukan tidak mungkin jika sebagian orang rela mempertaruhkan nyawa untuk mewujudkan kesejahteraan orang lain.

Nilai pengetahuan

Sebagian orang menganggap bahwa mendapatkan pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat bermakna dan membawa kenikmatan.

Bagi mereka, rasa penasaran merupakan sesuatu yang menyakitkan. Oleh sebab itu, mereka rela mengorbankan banyak hal untuk meraih ilmu pengetahuan.

Para akademisi, peniliti, ilmuan, dan para cendekiawan lain rela menghabiskan waktu, tenaga maupun uang yang tidak sedikit demi memuaskan rasa penasaran yang mereka miliki. Bagi mereka, kenikmatan mendapatkan ilmu lebih tinggi dari nilai-nilai lainnya.

4. Nilai kesucian

Nilai ini didasarkan pada nilai-nilai yang dianggap sakral dan memiliki unsur spiritual. Sebagian orang mengupayakan segala hal demi mempertahankan dan menerapkan sesuatu yang mereka anggap suci dan menjadi pedoman kehidupan spiritual.

Nilai ini memiliki sifat transcendental seperti nilai-nilai agama dan berbagai macam kepercayaan tertentu. Sebagian orang menganggap nilai ini merupakan nilai yang paling tinggi dibanding nilai-nilai lain.

Kriteria dalam menentukan hirarki nilai

1. Durasi nilai

Nilai dianggap semakin tinggi apabila nilai tersebut bertahan lama. Sebagian orang menganggap durasi kenikmatan mendapatkan hadiah barang dari seseorang yang dicintai lebih bertahan lama daripada barang yang didapatkan dengan membeli sendiri.

Baca Juga: 8 Fakta dan Tradisi Unik Puasa Ramadhan di India, Buka Puasa Makan Garam Sebelum Konsumsi Apapun

2. Pembagian nilai

Nilai yang dianggap rendah lebih mudah untuk dibagi-bagi, sementara nilai yang lebih tinggi cenderung lebih sulit untuk dibagi-bagi.

Misalnya kenikmatan sebuah makanan lebih dapat dibagi-bagi dengan orang lain dibandingkan membagi-bagi kenikmatan terhadap keindahan barang seni. Hal ini menunjukkan bahwa kenikmatan memiliki nilai yang lebih tinggi.

3. Tidak bergantung terhadap nilai lainnya

Nilai dianggap semakin tinggi apabila nilai tersebut semakin tidak bergantung kepada nilai-nilai lainnya. Misalnya nilai kehidupan dan kesehatan lebih tinggi daripada nilai kesenangan yang bersifat sementara.

Sebagian orang menggantungkan kenikmatan pada berbagai macam hal. Kenikmatan memakan makanan enak cenderung bergantung terhadap banyak hal seperti kondisi, selera, waktu, dan lain-lain. Sedangkan kenikmatan terhadap seni dan spiritual lebih tidak bergantung terhadap nilai-nilai lain.

4. Hasil atau Intensitas nilai

Semakin tinggi suatu nilai semakin tinggi juga kepuasan yang didapatkan. Nikmatnya makan untuk kepuasan tubuh dan mencari ilmu untuk kebutuhan batin memiliki tingkat kepuasan yang berbeda.

Baca Juga: Menggugah Imajinasi, Simak 5 Rekomendasi Novel Filsafat Karya Jostein Gaarder

5. Relativitas nilai

Semakin tinggi suatu nilai di dalam hirarki semakin mutlak nilai tersebut. Sebaliknya, semakin rendah nilai tersebut semakin nilai tersebut bernilai relatif. Contohnya rasa enak atau tidak sebuah makanan relatif terhadap kondisi tubuh dan lidah seseorang.

Sedangkan, seseorang yang menerapkan nilai religius dan spiritual tertentu cenderung bisa mendapatkannya di segala situasi dan tidak bergantung pada kondisi tubuh yang dimiliki.

Dengan mengetahui hirarki nilai dan kriteria dalam menentukan nilai, seseorang dapat lebih memiliki kesadaran dalam memilih prioritas dalam hidup. Dengan demikian, seseorang dapat lebih mengenal diri sendiri dalam upaya meningkatkan kualitas diri dan mewujudkan nilai-nilai yang dimiliki.***

Editor: Iksan

Tags

Terkini

Terpopuler