Kejadian yang kedua tersebut pada akhirnya membuat Doyan Nada tersadar bahwa dirinya memang sengaja dibinasakan oleh ayahnya sendiri. Itu sebabnya ia mulai marah, dengan cara membawa batu besar itu pulang lalu membantingnya di hadapan ayahnya.
Doyan Nada Balas Dendam
Merasa tidak tahan dengan segala drama tersebut, ibunya kemudian segera menyuruhnya mengembara demi menjauhkannya dari rencana jahat ayahnya berikutnya. Doyan Nada kemudian pergi dengan bekal dendeng secukupnya.
Pengembaraan yang tak tentu arah itu kemudian mempertemukan Doyan Nada dengan seorang pertapa yang terlilit akar beringin besar, bernama Tameng Muter. Kata Tameng Muter yang telah diselamatkannya dari lilitan itu, sebenarnya ia sudah bertapa selama sepuluh tahun di tempat tersebut sebab ingin menjadi raja.
Doyan Nada dan Tameng Muter yang telah bersahabat kemudian melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan itu, mereka kemudian dipertemukan dengan Sigar Penjalin, pertapa yang juga terlilit akar beringin besar selama 12 tahun. Sama seperti Tameng Muter, alasannya bertapa adalah karena ingin menjadi raja Pulau Lombok.
Ketiganya kemudian memutuskan untuk mengembara bersama.
Ketika pada siang hari mereka memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon, tiba-tiba ada raksasa bernama Limandaru yang hendak mencuri dendeng milik Doyan Nada. Mereka kemudian bertengkar hebat memperebutkan dendeng itu.
Pada akhirnya, pertarungan itu dimenangkan oleh Doyan Nada.
Baca Juga: Contoh Cerita Rakyat Timun Mas Bahasa Jawa Singkat dan Ulasan Pendek Pesan Moralnya
Setelah kejadian itu, mereka bertiga masuk ke dalam gua. Tanpa diduga, di dalam gua itu mereka menemukan tiga putri dari Madura, Majapahit, dan Mataram yang menjadi tawanan Limandaru yang berasal.