Identifikasi Nilai dalam Novel ‘Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil’ Karya Remy Sylado

18 Januari 2022, 18:30 WIB
Ilustrasi - Identifikasi nilai dalam Novel ‘Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil’ Karya Remy Sylado /PIXABAY/Free-photos/

MALANG TERKINI – Nilai (value) selalu terkandung dalam karya sastra, salah satunya novel sejarah.

Nilai dalam sebuah karya bisa dikemas secara tersirat dalam alur, latar, tokoh, dan tema.

Nilai yang terkandung dalam sebuah karya, antara lain nilai moral, budaya, agama, sosial, dan estetis.

Baca Juga: Nilai Moral ‘Syair Perahu’ Karya Hamzah Fansuri

Nilai moral adalah petuah atau nasihat yang berhubungan dengan moral atau perangai manusia terhadap sesamanya.

Nilai budaya adalah nilai yang mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat terhadap peradaban atau kebudayaan.

Nilai sosial yaitu nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan antar individu dalam masyarakat.

Nilai religi adalah nilai dalam cerita yang berkaitan atau bersumber pada nilai-nilai agama.

Baca Juga: Skandal Kim Hawt 2014, Mengaku Pernah Berpacaran dengan Aktor Ganteng, Siapa Dia?

Malang Terkini akan menyajikan nilai-nilai yang terkandung dalam Novel “Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil” karya Remy Sylado.

Berikut ini adalah uraian nilai yang termuat dalam novel “Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil” Karya Remy Sylado:

1. Nilai moral
Orang yang cerdik akan bertindak dengan penuh pertimbangan dan pengetahuan, ia bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil. Dan orang yang bebal akan mengumbar kebodohannya.

Baca Juga: Pesan Moral Gurindam 12 Pasal 5 Ayat 1: Jika Hendak Mengenal Orang Berbangsa Lihatlah kepada Budi dan Bahasa

2. Nilai budaya
Wayang dan tembang macapat yang merupakan kesenian dari Jawa, digunakan untuk menebar kebaikan.

3. Nilai sosial
Bersikap hormat, ramah, dan sopan terhadap siapapun termasuk kepada musuh sekalipun.

4. Nilai ketuhanan (religi)
Perubahan seseorang dalam hal spiritual yang terjadi pada tokoh Van Rijnst.
Yang awalnya beragama Kristen Katolik dan kurang taat dalam beragama, tetapi ketika ia di Hindia Belanda ia mengikuti agama Kristen Protestan.

Baca Juga: Gurindam: Pengertian, Contoh, Pesan Moral, Tujuan, dan Perbedaannya dengan Pantun serta Syair

Novel yang diterbitkan pada tahun 2007 ini bercerita tentang kisah hidup Ontowiryo (kelak bernama Pangeran Diponegoro).

Novel ini mengandung banyak nilai, salah satunya adalah menggambarkan keadaan hidup masyarakat yang ditindas oleh para penguasa.

Kondisi ini masih relevan untuk saat ini. Karena masih banyak oknum pemimpin pada posisi jabatan tertentu yang berbuat seenak hati kepada siapapun, terutama kepada rakyat kecil.

Karena mereka merasa memiliki status yang lebih tinggi daripada orang lain.

Bahkan mirisnya, tindakan penindasan tersebut tak jarang juga berlanjut dengan adanya tindakan represif atau tindakan kriminal lainnya.

Hal ini seharusnya bisa kita cegah, terutama karena segala bentuk penindasan pada dasarnya merupakan pelanggaran atas hak asasi manusia.***

Editor: Gilang Rafiqa Sari

Tags

Terkini

Terpopuler