6 Tahap Perkembangan Moral Manusia menurut Lawrence Kohlberg

27 Maret 2023, 09:39 WIB
Ilustrasi. Wawancara Lawrence Kohlberg, 6 tahap perkembangan moral manusia //Tangkapan layar YouTube/Sprouts

MALANG TERKINI - Nama Lawrence Kohlberg sudah tidak asing lagi dalam dunia psikologi, terutama dalam psikologi moral dan filsafat etika. Kohlberg melakukan sebuah penelitian yang akhirnya melahirkan teori mengenai 6 tahap perkembangan moral manusia.

Lawrence Kohlberg merupakan seorang professor di The University of Chicago dan Harvard University. Ia terkenal karena kontribusinya dalam dunia pendidikan, penalaran, serta kajian perkembangan moral.

Salah satu karya Kohlberg yang berhasil menyita perhatian para akademisi yaitu bidang kajian mengenai korelasi perkembangan perilaku moral dan kondisi psikologi.

Baca Juga: 7 Fakta Unik Perayaan Ramadhan di Negara Minoritas Muslim Jepang, Tantangan Saat Musim Panas

Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa moralitas merupakan suatu komponen mental yang cenderung mengalami perkembangan.

Berdasarkan hal tersebut, Kohlberg melakukan penelitian di Chicago Amerika Serikat yang menjadi pondasi dalam merumuskan tahapan perkembangan moral.

Kohlberg melakukan serangkaian penelitian terhadap 72 anak laki-laki dengan rentang usia dari 10, 13 dan 16 tahun di Chicago. Ia mengikuti perkembangan subjek penelitian dan melakukan tes ulang selama 20 tahun.

Dalam penelitiannya, setiap anak diwawancara selama dua jam dengan menanyakan 10 isu moral yang berbentuk dilema moral.

Baca Juga: Inilah 5 Rekomendasi Film Tema Olahraga Terbaik yang Mengajarkan Arti Kepedulian

Berdasarkan hasil penelitiannya, tahap perkembangan moral dibagi menjadi tiga level yaitu level pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Setiap level dibagi menjadi dua tahap.

6 tahap perkembangan moral manusia menurut Lawrence Kohlberg

Dari hasil penelitian tersebut, ada enam tahap perkembangan moral manusia sebagai berikut:

Level 1: pra-konvensional

Level ini terdiri dari tahap pertama yaitu hukuman dan kepatuhan. Kemudian tahap kedua yaitu keuntungan personal. Level ini merupakan level yang berorientasi terhadap kepentingan diri sendiri.

1. Hukuman dan kepatuhan

Baca Juga: Hasil Survei Marketplace Pilihan Seller di Ramadan 2023: Penjual Dapat Omzet dan Keuntungan Terbanyak

Tahap ini merupakan tahap ketika seseorang memiliki alasan melakukan suatu tindakan tertentu untuk menghindari hukuman. Tahap ini menggambarkan tindakan baik seseorang yang didasarkan oleh rasa takut.

Contohnya adalah ketika seseorang tidak menerobos lampu merah semata-mata karena ia tidak ingin polisi mengejar dan menilangnya.

2. Keuntungan personal

Tahap ini merupakan tahap ketika seseorang melakukan tindakan atau perbuatan baik untuk mendapatkan keuntungan. Tahap ini menggambarkan tindakan baik seseorang yang memiliki motif keuntungan pribadi.

Contohnya ketika seseorang menolong orang lain dengan harapan untuk mendapatkan sesuatu yang berharga atau bernilai dari orang lain, baik keuntungan material maupun citra baik.

Level 2: konvensional

Baca Juga: Doa Hari ke 5 Ramadhan, Teks Arab Latin dan Artinya

Level ini terdiri dari tahap ketiga yaitu menyesuaikan keinginan kelompok dan tahap keempat yaitu hukum dan tertib sosial. Level ini berorientasi terhadap kepentingan orang lain.

3. Menyesuaikan keinginan kelompok

Tahap ini merupakan tahap ketika seseorang menyesuaikan tindakan dengan keinginan kelompok tertentu agar diterima dan mendapatkan pengakuan.

Pada tahap ini, seseorang mematuhi peraturan yang telah menjadi kesepakatan sosial tertentu untuk menghindari konflik dan menjaga hubungan dengan orang lain.

Tahap ini menggambarkan tindakan baik seseorang untuk memenuhi keinginan kelompok atau lingkungan sosial masyarakat tertentu.

Contohnya ketika seseorang melakukan tindakan tertentu untuk mendapatkan citra baik dengan mengorbankan keinginan pribadi yang sesungguhnya.

4. Hukum dan tertib sosial

Baca Juga: Siapa Iko Bustomi? Ini Profil dan Biodata Pemenang INTM C3, Kalahkan Andrea Paula

Tahap ini merupakan tahap ketika seseorang sangat menjunjung tinggi peraturan di atas yang lain seperti hukum, keputusan, dan konvensi sosial.

Pada tahap ini, seseorang berpikir bahwa definisi perbuatan baik adalah perbuatan yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peraturan harus ditegakkan untuk kepentingan bersama dan masyarakat yang lebih luas.

Contohnya ketika seseorang memutuskan untuk tidak mengambil barang milik orang lain karena hal tersebut perbuatan melanggar hukum.

Level 3: pasca-konvensional

Level ini terdiri dari tahap kelima yaitu kontrak sosial dan hak individu. Dan terakhir adalah tahap keenam yaitu prinsip etika universal. Level ini berorientasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

5. Kontrak sosial dan hak individu

Tahap ini disebut utilitarianisme rational, yakni suatu keyakinan bahwa kebaikan harus didasarkan pada tercapainya kebahagiaan bagi sebagian besar manusia dan tidak melanggar hak-hak individu.

Dalam tahap ini, seseorang menyadari bahwa setiap orang memiliki latar belakang dan situasi yang berbeda-beda. Seseorang berpikir bahwa tidak ada suatu kebenaran yang pasti atau absolut dan berusaha memperjuangkan nilai-nilai dasar kemanusiaan.

Baca Juga: Apa Itu Klitih? Polda DIY Gelar Konferensi Pers 'Perang Sarung'

Pada tahap ini, seseorang berpikir bahwa hukum, adat, dan tradisi layak untuk dikritik dan direkonstruksi jika tidak sejalan dengan hak-hak individu. Hak-hak individu harus dipertimbangkan beriringan dengan hukum yang berlaku.

Contohnya seseorang mencuri untuk bertahan hidup, bukan untuk menjadi kaya.

6. Prinsip etika universal

Tahap ini merupakan keputusan moral yang didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan universal.

Tahap ini adalah tahap yang menggambarkan prinsip internal seseorang. Ia melakukan hal-hal yang dianggap benar walaupun bahkan bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Seseorang melakukan melakukan tindakan yang diyakini benar dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sesuai kontrak sosial.

Kohlberg menggunakan cerita dilema moral untuk mengetahui kedudukan seseorang dalam tahap-tahap penalaran perkembangan moral melalui keputusan moran dan alasannya.

Kohlberg menggunakan salah satu dilema yang disebut sebagai dilema Heinz sebagai berikut:

Heinz memiliki seorang istri yang sekarat di rumah sakit karena menderita kanker. Menurut dokter, ada satu obat yang baru saja ditemukan seorang apoteker dan diklaim dapat menyembuhkan istrinya tersebut.

Baca Juga: Siapa Pelaku Abuse of Power? Tindakan Penyalahgunaan Kekuasaan yang Ciptakan Lingkungan Kerja Toxic

Apoteker tersebut menjual obat dengan harga 10 kali lipat dari modal pembuatannya. Ia menjual obat tersebut dengan harga 2.000 Dollar untuk satu dosis kecil. Namun, Heinz hanya berhasil mengumpulkan 1.000 Dollar, setengah harga obat tersebut.

Akhirnya, Heinz memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sekarat dan memohon untuk memberikan obat itu secepatnya dan berjanji akan melunasi biaya obat tersebut di kemudian hari.

Namun, apoteker tersebut menolak permintaan Heinz. Heinz merasa putus asa dan berusaha membongkar apotek dan mencuri obat tersebut. Pertanyaannya, apakah tindakan Heinz dapat dibenarkan? Apakah Heinz perlu mencuri obat tersebut untuk menyelamatkan nyawa istrinya? Mengapa?

Melalui salah satu dilema moral tersebut, Kohlberg mencari tahu dan meneliti level dan kedudukan perkembangan moral seseorang. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memahami tingkat moral dalam upaya memperbaiki diri dan meningkatkan kesadaran dalam berperilaku.***

Editor: Niken Astuti Olivia

Tags

Terkini

Terpopuler