Mengenal Adat Tedhak Siten, Ritual Adat Turun Tanah Pertama Kali Bagi Bayi yang Mau Berjalan

- 8 Februari 2023, 16:59 WIB
Ilustrasi Mengenal Adat Tedhak Siten, Ritual Adat Turun Tanah Pertama Kali Bagi Bayi yang Mau Berjalan
Ilustrasi Mengenal Adat Tedhak Siten, Ritual Adat Turun Tanah Pertama Kali Bagi Bayi yang Mau Berjalan /Malang Terkini/ Ni Made Ariestya A

MALANG TERKINI - Perkembangan setiap buah hati tentunya menjadi berkah tersendiri bagi para orang tua. Termasuk saat buah hati sudah bisa turun ke lantai untuk belajar berjalan.

Berbagai tradisi pun dilakukan untuk mengucap syukur atas rejeki yang baik ini. Salah satunya adalah ritual tedhak siten. Upacara ini tidak hanya sebagai tradisi untuk mengucap syukur, tetapi juga untuk meramal masa depan sang buah hati. Dilansir dari chanel Youtobe Nakita Chanel.

Apa Itu Tedhak Siten?

Tedhak Siten adalah rangkaian prosesi adat yang menggambarkan tradisi daur hidup masyarakat Jawa yang jarang dilaksanakan. Tedhak Siten berasal dari kata Tedhak yang berarti turun (melangkah) dan Siten atau Siti yang berarti tanah, sehingga Tedhak Siten adalah tradisi menempatkan atau menempatkan atau menampakan kaki anak di atas tanah.

Baca Juga: Mengenal Upacara Panggih pada Pernikahan Adat Jawa yang Akan Dilakukan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono

Upacara Tedhak siten dilaksanakan pada saat anak berusia 7 menurut penanggalan jawa atau 8 bulan menurut penanggalan masehi. Pada usia ini biasanya anak mulai belajar berjalan, sehingga pada saat inilah pertama kali anak mulai menapakkan kakinya di tanah.

Dalam kegiatan Tedhak Siten perlu disiapkan uba rampe atau peralatan yang berisi 7 (tujuh) buah ketan warna warni, tangga yang terbuat dari bambu dan tebu, sangkar berisi barang/benda (biasanya berupa kandang ayam), alat tulis dan mainan anak berbagai macam ukuran, air cuci dan mandi anak, ayam bakar, pisang raja, udhik-udhik, jajanan pasar, aneka jenang, tumpeng dan nasi kuning.

Urutan Kegiatan Tedhak Siten 

1. Membersihkan kaki

Baca Juga: Larangan Menikah dalam Adat Jawa, Jika Dilanggar Bisa Mendatangkan Petaka Salah Satunya Gagal Nikah

Dalam proses ini, orang tua mengajak anaknya untuk membersihkan kaki sebelum menginjakkan kaki anak di tanah kegiatan ini berarti bahwa anak mulai menapaki tanah yang berarti memasuki kehidupan yang harus dilakukan untuk membersihkan suci hati.

2. Berjalan melewati tujuh jadah

Dalam kegiatan ini, buah hati disuruh berjalan di atas jadah (sejenis kue ketan) sebanyak tujuh potong yang berbeda warna. Ke tujuh warna tersebut adalah merah, putih, hijau, kuning, biru, pink dan ungu.

Ketan (jadah) dibuat warna- warni, hal ini memberikan arti bahwa kesulitan dan rintangan hidup itu tak terhitung jenis dan ragamnya. Masing-masing warna memiliki makna tersendiri, yaitu:

Baca Juga: Pernikahan Adat Jawa: Janur Kuning hingga Pisang Raja, Dekorasi yang Sarat Makna

-Merah artinya berani, dengan harapan buah hati berani dalam melangkah melewati rintangan kehidupan

- Warna kuning artinya kekuatan lahir dan batin yang wajib dimiliki oleh seseorang

- Putih artinya kesucian

- Merah muda alias pink artinya cinta dan kasih sayang baik kepada orangtua, kakak, keluarga dll.

Baca Juga: Profil dan Biodata Erick Thohir, Menteri BUMN Sekaligus Pebisnis yang Baru Saja Mendapat Gelar Adat Nias

- Biru artinya memiliki ketenagan jiwa dalam melangkah dalam kehidupan

- Hijau artinya lingkungan sekitar dan kesuburan

- Ungu artinya kesempurnaan atau puncak.

Baca Juga: Kunci Jawaban PKn Kelas 7 Halaman 73 Kurikulum Merdeka, Suku dan Masyarakat Adat Setiap Provinsi

3. Tangga dari Tebu Wulung

Dalam prosesi ini, orang tua mengajak buah hati untuk menaiki 7 (tujuh) anak tangga tebu. Tebu berasal dari kata antebing koro, yang artinya penuh kebulatan tekad dan keyakinan. Ritual ini menjelaskan bahwa sang bayi menghadapi perjalanan hidupnya hari demi hari hingga mencapai klimaksnya.

4. Kurungan

Dalam prosesi ini anak ditempatkan di kandang atau kurungan ayam. Ada berbagai barang di dalam kandang, seperti perhiasan, buku catatan, beras, mainan, dll. Kurungan ayam ini mewakili kehidupan nyata yang dimasuki buah hati saat mereka tumbuh dewasa.

 Baca Juga: Apa Perbedaan Rumah Tipe Gudang dan Tipe Bapang? Dua Jenis Rumah Adat Betawi yang Miliki Makna Filosofis

5. Memberikan Udhik –Udhik

Udhik-udhik, koin yang dicampur dengan bunga yang berbeda. Pada prosesi ini, udhik-udhik dibagikan kepada anak-anak dan orang dewasa yang hadir pada acara tersebut. Harapannya, ketika sang anak dikaruniai penghidupan yang cukup, ia bisa menyumbangkan nafkahnya kepada fakir miskin.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah