Mengenal 7 Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan Berbagai Daerah di Indonesia

- 10 Maret 2023, 14:07 WIB
 Ilustrasi: Beberapa tradisi masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Ilustrasi: Beberapa tradisi masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadhan. /Kolasi Tangkap Layar YouTube.com/artisdata

2. Tradisi Dugderan (Semarang)

Tradisi ini dilakukan masyarakat Semarang dengan menggelar festival sebagai tanda akan dimulainya bulan Ramadhan. Tradisi ini biasa digelar sekitar 1 atau 2 minggu sebelum puasa. Dugderan kini dikenal sebagai pesta rakyat yang identik dengan dentuman meriam, kembang api, arak arakan, serta taruh bedug dan ritual pengumuman awal puasa.

Tradisi Dugderan sendiri telah diadakan sejak tahun 1882 pada masa kebupatian semarang dibawah kepemimpinan Tumenggung Ario Purbaningrat, dahulunya tradisi ini dipusatkan di kawasan Masjid Agung Semarang yang berada si pusat kota lama Semarang dekat pasar Johar.

Pada festival ini ada satu mainan yang selalu dikaitkan dengan tradisi ini dinamakan Warak Ngendog. Dugderan dimaksudkan selain sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana dakwah Islam.

3. Balimau (Sumatera Barat)

Merupakan tradisi mandi dengan jeruk nipis yang berkembang di masyarakat Minangkabau di kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai ataupun tempat pemandian. Diwariskan secara turun – temurun, tradisi ini telah berlangsung selama berabad – abad lamanya.

Baca Juga: Resep Cheese Brulee Bomb Enak Krenyes dari Luvita Ho, Cocok Jadi Sajian Buka Puasa Ramadhan

Latar belakang dari tradisi Balimau yaitu membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadhan. Sesuai dengan anjuran agama islam bahwa kita harus mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Pada zaman dahulu tidak semua orang bisa mandi dengan bersih dikarenakan kurangnya air akibat kekeringan dan tidak adanya sabun di sebagian wilayah, oleh sebab itu pengganti lain dari sabun adalah jeruk nipis yang dapat melarutkan minyak atau keringat.

4. Apeman (Yogyakarta)

Tradisi ini merupakan tradisi turun – temurun yang sudah dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dimulai dengan tradisi ziarah terlebih dahulu untuk mendoakan keluarga yang telah meninggal, setelah itu memasak kue tradisional yaitu kue apem yang kemudian dibagikan kepada tetangga dan disantap bersama keluarga. Kue yang berbahan dasar tepung beras ini mempunyai simbol permohonan maaf atas dosa yang telah dilakukan.

Halaman:

Editor: Ratna Dwi Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x