Network
"Kenapa? Apa kualitas tepungnya berbeda dengan tepung di Indonesia?" tambahnya.
dr. Zaidul Akbar tidak tahu apa alasan utamanya. Namun, ia mengungkap kebiasaan lain dari masyarakat pecinta mie tersebut.
"Wallahualam saya tidak tahu itu, tapi disana. Orang di Jepang kalau anda lihat, Jepang, Hongkong, China coba, orangnya suka jalan" jelas dr. Zaidul Akbar.
"Setiap hari, jadi kebakar meskipun gak sehat gitukan. Tetap kebakar, kita kan gak gitu? Masalahnya kan di kebiasaan, gitu loh.
dr. Zaidul Akbar mulai menyebutkan sebuah kebiasaan yang sering ditinggalkan, padahal hal tersebut membuat tubuh tetap sehat. Tidak hanya itu saja, ada perbedaan antara kita dengan negara tersebut, yaitu terletak pada bahan yang dikonsumsi tubuh seperti bawang dan sayuran.
"Jalan jarang, olahraga jarang, puasa jarang, minum air putih jarang dan mereka karakter orang-orang Asia terutama China, segala macam itu juga banyak dominannya dengan bawang-bawangan. Betul?" kata dr. Zaidul Akbar.
"Mereka sangat suka dengan bawang-bawangan dan sayur. Jadi kalau mereka masak itu kebanyakan tidak seperti kita. Maksudnya itu, makanan yang pesan apa, masak, selesai habis. Itu yang bagus, bukan dipanaskan. Semua yang dipanaskan semua teroksidasi, jadi memang beda dari kebiasaan, "sambungnya.
Nah ternyata menurut dr. Zaidul Akbar, rutin berjalan kaki merupakan salah cara yang dapat dilakukan agar tetap sehat walaupun sering makan mie instan.
"Maka anda lihat di China, Hongkong jarang lihat orang gemuk. Karena memang mereka jalan tiap hari. Jalan itu kayak dikejar anjing, cepet ya? Harusnya kita seperti itu," ujar dr. Zaidul Akbar.
