“Semua guru dan siswa laki-laki harus menghadiri lembaga pendidkan mereka,” tulis pengumuman dikutip dari Anadolu Agency.
Selama rapat digelar, banyak wanita yang berkumpul menggunakan burqa yang berkumpul di depan pusat perbelanjaan Gulbahar di pusat kota untuk menunggu rapat umum diselenggaran.
Baca Juga: Menlu Indonesia: Kekerasan di Afghanistan Harus Dihentikan
Meskipun pemerintah Taliban sudah melarang adanya aksi unjuk rasa yang tidak sah, namun Shakiba Tamkin dan Joliya Farisi tetap melakukan aksi protes diam dan mengordinasi semua kegiatan.
Aksi diam dilakukan dengan membungkam mulut mereka menggunakan selotip hitam dan membawa tulisan berisi suara mereka. Dari aksi tersebut menyiratkan bahwa mereka tidak bisu dan bisa mengangkat suara.
Sebelum melakukan protes ilegal ini, sebelumnya Tamkin sudah mengupayakan untuk mendapatkan otoritas untuk pawai protes, tetapi gagal untuk mendapatkannya.
Sejak saat itu, mereka mulai berbaris dengan menuliskan hak-hak perempuan melalui slogan-slogan untuk mendukung pendidikan bagi anak perempuan.
“Ini bukan Afghanistan 20 tahun yang lalu, segalanya telah berubah” ungkap seorang gadis yang datang ke Mall bersama ibunya.
Menyadari adanya kejanggalan dimana hak-hak perempuan mulai tergeser, kaum perempuan menyatakan kegelisahaan atas kebijakan yang diberikan melalui aksi diam.
“Pemerintah Taliban akan mengizinkan gadis-gadis muda untuk belajar karena tidak mungkin untuk melarang pendidikan mereka sekarang,” ungkap Mohammad Mukhtar seorang guru sekolah yang datang di Mall bersama keluarga. ***