11 Fakta Credit Suisse, Bank Paling Berpengaruh di Dunia, Terlibat Skandal dan Sedang ‘Berdarah-darah’

- 16 Maret 2023, 17:26 WIB
Credit Suisse, raksasa bank di Swiss sedang mengalami krisis
Credit Suisse, raksasa bank di Swiss sedang mengalami krisis /https://www.credit-suisse.com/

MALANG TERKINI – Selama beberapa bulan terakhir, Credit Suisse, salah satu bank yang paling berpengaruh di dunia banyak menjadi perbincangan, karena bank ini telah mencapai titik terendahnya sepanjang sejarah.

Raksasa bank investasi yang berbasis di Swiss ini hampir mengalami krisis kembali, namun berkat bantuan Bank Nasional Swiss (SNB), bank investasi terkenal ini kembali selamat dari potensi kebangkrutan.

Swiss dikenal sebagai negara di Eropa yang merupakan tempat teraman untuk menyimpan uang bagi para miliarder dunia. Lalu mengapa hal ini bisa terjadi? Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: Ajay Banga Dicalonkan Sebagai Pemimpin Bank Dunia, Apa itu Bank Dunia?

Apa itu Credit Suisse?

Untuk mengetahui lebih jauh tentang fakta-fakta Credit Suisse, mari mengenalnya terlebih dahulu.

- Credit Suisse adalah bank investasi terkenal yang berkantor pusat di Swiss.
- Sudah ada sejak 1856.
- Credit Suisse Group AG menduduki peringkat ke-45 bank terbesar di dunia dalam hal aset.

- Credit Suisse memiliki aset senilai US829,12 miliar dolar atau sekitar Rp13 kuadriliun sesuai peringkat S&P Global dari 100 bank teratas dunia.
- Bank sentral Swiss telah menetapkannya sebagai salah satu bank global yang penting secara sistemik (G-Sib).

Baca Juga: Profil dan Biodata Eunchae LE SSERAFIM yang Jadi MC Baru Music Bank 

11 Fakta Kemerosotan Credit Suisse, Apa Saja?

Berikut adalah Fakta-fakta awal yang memicu Credit Suisse mengalami kemerosotan perbankan.

Greensill Issue. Greensill adalah penyedia keuangan rantai pasokan non-bank terbesar yang meminjam sejumlah besar uang dari investor luar termasuk Credit Suisse.

Pada gilirannya, Credit Suisse meyakinkan pelanggannya untuk mengerahkan modal dalam jumlah besar.

Baca Juga: Eunchae LE SSERAFIM Akan Jadi MC Baru Music Bank

Ketika Greensill bangkrut, bank dan kliennya sama-sama menderita.
Kegagalan Archegos Capital. Credit Suisse kehilangan US5,5 miliar dolar atau sekitar Rp85 triliun dari runtuhnya dana investasi Archegos Capital Management.

Kehilangan nilai pasar. Credit Suisse telah kehilangan nilai pasarnya sejak krisis keuangan global 2008.

Harga saham menyaksikan penurunan sekuler. Para Investor dan analisis tentu mengharapkan tren dan saham sekuler tetap bergerak ke atas.

Keuangan bank menjadi merah pada tahun 2021 dengan kerugian sebesar US1,8 miliar dolar atau sekitar Rp28 triliun (penurunan 163 persen dari tahun 2020).

Baca Juga: Sambangi Dubai, Bank Mandiri Ajak Pekerja Migran Indonesia Berwirausaha dalam Program Mandiri Sahabatku

Meningkatkan biaya modal. Bank terpaksa membayar biaya yang lebih tinggi atas pinjamannya.

Keterlibatan dalam skandal. Kontroversi yang memiliki neraca bank termasuk pekerjaan perdagangan untuk bisnis di Hong Kong, menyewa detektif swasta untuk memata-matai karyawan.

Bank dikatakan terlibat dalam pencucian uang untuk organisasi kriminal di Bulgaria, dan memfasilitasi pinjaman korup di Mozambik.

Ada spekulasi jika Credit Suisse akan runtuh, seperti Lehman Brothers, sebuah bank investasi ikonik Amerika, pada tahun 2008.

Baca Juga: Sambangi Dubai, Bank Mandiri Ajak Pekerja Migran Indonesia Berwirausaha dalam Program Mandiri Sahabatku

Apa yang salah dalam Credit Suisse?

Kegagalan Credit Suisse termasuk hukuman pidana karena mengizinkan pengedar narkoba mencuci uang di Bulgaria, terjerat dalam kasus korupsi Mozambik, skandal mata-mata yang melibatkan mantan karyawan dan eksekutif, serta kebocoran besar-besaran data klien ke media.

Kaitannya dengan pemodal Lex Greensill yang dipermalukan dan firma investasi gagal yang berbasis di New York Archegos Capital Management, memperparah kesan sebuah institusi yang tidak memiliki pegangan yang kuat dalam urusannya.

Banyak klien yang muak telah memilih angkat kaki, yang menyebabkan arus keluar klien besar-besaran, yang belum pernah terjadi sebelumnya di akhir tahun 2022.

Baca Juga: Resmi Bank Indonesia Luncurkan Uang Baru 2022: Mulai dari Pecahan Rp1.000 Hingga Rp100.000 

Apa Pemicu Kemerosotan Saham Terbaru?

Chief Executive Officer, Ulrich Koerner meluncurkan penjangkauan besar-besaran untuk merayu kembali para klien yang gugup. Upaya tersebut tampaknya membuahkan hasil pada bulan Januari, dengan laporan simpanan "positif bersih".

Namun, pada 9 Maret, Komisi Sekuritas dan Bursa AS mempertanyakan laporan tahunan bank tersebut, memaksanya untuk menunda publikasinya.

Kepanikan menyebar setelah pemberi pinjaman regional AS Silicon Valley Bank gagal, dan menjadi korban dari investasi berisiko serta kenaikan suku bunga global yang mengikis nilai kepemilikan obligasinya.

Apalagi yang Dilakukan Koerner untuk Membalikkan Keadaan?

Rencana pemulihan tiga tahunnya melibatkan 9.000 pemutusan hubungan kerja, membongkar raksasa perbankan investasi yang telah dirakit selama lima dekade dan mengembalikan Credit Suisse ke asalnya sebagai bankir bagi orang-orang yang sangat kaya di dunia. ***

Editor: Ratna Dwi Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x