Meskipun wabah virus ini hanya melanda Asia, namun virus ini patut dikhawatirkan karena berpotensi untuk menginfeksi berbagai macam hewan dan dapat menyebabkan penyakit parah hingga kematian pada manusia.
Terlebih, selain menimbulkan masalah kesehatan, virus ini juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi pada peternak. Terutama pada ternak babi, karena virus ini lebih menular pada hewan tersebut.
Sama halnya dengan manusia, babi yang terpapar virus nipah harus menjalani masa inkubasi selama 4 hingga 14 hari.
Untuk saat ini masih belum ada kabar baik tentang solusi bagi penyebaran virus nipah. Sayangnya belum ada vaksin atau obat yang ditemukan untuk menangani virus tersebut, meskipun WHO telah mengidentifikasikan virus nipah sebagai prioritas dalam perencanaan Penelitian dan Pengembangan WHO.
Baca Juga: Ramai Gerakan Tolak Vaksin Covid-19, BPOM Tegas Katakan Begini
Dilansir dari Antara, di Indonesia sendiri, Kemenkes telah menghimbau semua pihak agar tetap waspada akan potensi penyebaran virus nipah di Indonesia melalui ternak babi di Malaysia.
Hingga saat ini virus nipah belum pernah menyerang wilayah Indonesia sejak wabah terakhirnya pada tahun 1999 dan menyebabkan kematian manusia sekaligus ternak babi di Semenanjung Malaysia.
Pemerintah mengetatkan prosedur ekspor impor komoditas babi antara Indonesia dengan Malaysia sebagai upaya antisipasi pencegahan virus. Hal itu juga bertujuan untuk mencegah babi ilegal dari daerah yang terinfeksi ke daratan Indonesia.
Meski demikian, kewaspadaan masyarakat juga harus tetap ditingkatkan. Terlebih masih ada pandemi Covid-19 yang belum usai, masyarakat sebaiknya meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan mereka.
Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan, makan makanan sehat dan mengatur pola hidup teratur.***