Suatu hari, Aji Saka meminta Dora untuk mengambil kerisnya di Sembada sekaligus mengajaknya tinggal di Kerajaan Medhangkamulan.
“Jangan kembali, kecuali kamu berhasil membawa kerisnya,” pesan Aji Saka kepada Dora.
Kemudian Dora melaksanakan perintah tersebut. Sesampainya di tempat Sembada, mereka berdua kemudian saling menceritakan keadaan masing-masing. Dan ketika Dora menyampaikan tujuan kedatangannya, Sembada menolak menyerahkan keris itu apalagi ikut bersama Dora.
“Dulu beliau mengatakan bahwa aku dilarang meninggalkan tempat ini dan hanya boleh menyerahkan keris ini secara langsung ke tangannya,” kata Sembada.
Karena Sembada dan Dora sama-sama patuh kepada perintah Aji Saka, mereka berdua ujung-ujungnya terlibat perkelahian. Akhirnya, Sembada dan Dora yang sama-sama sakti itu sama-sama meninggal dunia.***
Ketika kedua abdinya tidak kunjung kembali, Prabu Aji Saka yang cemas kemudian memutuskan untuk menyusul mereka. Sesampainya di tempat itu, ia sangat bersedih mengetahui Sembada dan Dora meninggal dunia.
Prabu Aji Saka yang menyesal dan kecewa atas peristiwa itu lalu mengenang kesetiaan dua abdinya dengan cara menciptakan susunan huruf berikut ini
ha, na, ca. ra, ka (ada dua utusan)
da, ta, sa, wa, Ia (mereka bertengkar)
pa, da, ja, ya, nya (sama saktinya)
ma, ga, ba, ta, nga (keduanya menjadi mayat)
(Ada dua orang utusan. Mereka terlibat dalam pertengkaran. Mereka sama-sama sakti. Akhirnya .
keduanya mati).
Itulah sinopsis cerita rakyat Asal Mula Huruf Jawa Hanacaraka.***