Jika Otak Tidak Dapat Merasakan Sakit, Mengapa Sakit Kepala Begitu Menyakitkan?

14 Mei 2023, 13:31 WIB
Ilustrasi. Sakit kepala / // Freepik/ kjpargeter

MALANG TERKINI – Sakit kepala sangat umum dan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari yang ringan hingga berat, dan berlangsung beberapa menit hingga berhari-hari.

Ketika tengkorak kepala sakit, kadang berpikir bahwa jaringan otak kita sendiri pasti merasakan sakit.

Ironisnya adalah otak tidak memiliki reseptor untuk merasakan sakitnya sendiri, namun ia dapat merasakan rasa sakit di seluruh tubuh. Lantas, mengapa sakit kepala terasa sakit?

Baca Juga: Studi: Lelah Ekstrem Terus Menerus Pasca Covid-19, Terapi Perilaku Kognitif Bantu Kurangi Kelelahan

Sakit kepala bisa terjadi karena adanya kondisi medis serius yang mendasarinya, seperti cedera kepala, sinus, dan gula darah rendah. Namun secara umum, sebagian besar sakit kepala muncul karena "rasa sakit yang dirujuk", yang berarti kita merasakan sakit di tempat yang berbeda dari tempat sebenarnya terjadi.

Sakit kepala terjadi sebagian besar karena masalah yang berasal di bagian tubuh lain

Dilansir Malang Terkini dari Live Science, Dr. Charles Clarke, ahli saraf dan spesialis sakit kepala di Vanderbilt Health di Tennessee mengatakan bahwa hal ini mirip dengan bagaimana disk hernia di punggung dapat menyebabkan linu di panggul, dan sakit di kaki kita. Untuk sebagian besar sakit kepala, ternyata masalahnya berasal di tempat lain di tubuh seperti rahang, bahu, dan leher yang menyebabkan nyeri pada otot dan saraf di sekitar otak.

Menurut National Institute of Health (NIH), pada umumnya sakit kepala terjadi dengan rasa nyeri di otot bagian atas kepala atau dahi. Rasa sakit dipicu oleh otot yang menegang di bagian wajah, leher, dan kulit kepala. Hal ini dikaitkan dengan stres.

Tapi sakit kepala ataupun pengetatan otot tengkorak bisa menjadi masalah sekunder, akibat respon stres lain, seperti rahang yang terkatup atau bahu yang terasa kaku.

Baca Juga: 5 Kiat Hadapi Bos dengan Masalah Temperamen

Menurut NIH, selain stress, saraf perasa nyeri di otot dan pembuluh darah yang berada di sekitar wajah, leher dan kepala, dapat dipicu antara lain karena pembesaran pembuluh darah, atau ketegangan otot. Adanya masalah tersebut, saraf dapat mengirimkan pesan ke otak, yang terasa seolah-olah rasa sakit berasal dari jaringan otak.

Migrain karena faktor genetik

Sedangkan sakit kepala migrain, dapat dirasakan dalam berbagai cara dan tempat, yakni nyeri yang dalam, nyeri di permukaan, bagian belakang, kiri atau kanan kepala, atau di belakang mata.

Nyeri migrain biasa datang lebih intens dibanding sakit kepala pada umumnya. Migrain diketahui bersifat genetik yang ditandai gejala mual. Penyebab migrain masih belum dipahami sepenuhnya, namun teori mengatakan bahwa migrain terkait dengan saraf trigeminal, yaitu saraf sensorik kepala dan wajah, serta dura yaitu lapisan pelindung otak tempat pembuluh darah berkontraksi dan berkembang.

Nyeri migrain yakni peristiwa listrik di otak yang merangsang jalur saraf trigeminal memicu reaksi peradangan, yang kemudian menyebar melalui pembuluh darah dural. Setelah itu, serabut saraf trigeminal mengirimkan sinyal kembali ke batang otak. Peradangan kemudian menyebar ke meninges (jaringan pelindung di sekitar otak yang peka terhadap rasa sakit) dan memicu sakit kepala.

Sementara hubungan antara rasa sakit di sekitar tubuh dan sakit kepala sudah diketahui, namun mekanisme yang menyebabkan sakit kepala masih belum sepenuhnya dipahami oleh peneliti.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik tentang Queen Charlotte, Kehidupan Nyata di Balik Seri Bridgerton Baru Netflix

Tapi kabar baiknya adalah perubahan gaya hidup, seperti berlatih yoga, obat yang dijual bebas, seperti ibuprofen dan aspirin atau obat resep untuk gangguan sakit kepala yang lebih parah, dapat mengurangi keparahan dan frekuensi sakit kepala.***

Editor: Niken Astuti Olivia

Tags

Terkini

Terpopuler