MALANG TERKINI – Para peneliti menilai penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) akan membuat kekhawatiran tersendiri karena beberapa pengamat menemukan kekurangan pada mesin ini.
Gaung yang sudah beredar bahwa kemampuan teknologi AI, seperti ChatGPT, tidak hanya setara dengan kecerdasan manusia tetapi bahkan bisa jauh melampaui kepintaran manusia.
Dilansir Malang Terkini dari Marktechpost disebutkan bahwa AI memiliki tulisan yang kaya akan informasi, konsep, serta pengetahuan. AI dapat menghasilkan karya seni yang menakjubkan dalam berbagai genre yang bahkan sangat rumit.
Model AI generatif seperti ChatGPT sangat apik, sehingga beberapa orang sekarang mengklaim bahwa AI tidak hanya setara dengan manusia tetapi seringkali lebih pintar. AI dapat menghasilkan artefak yang sangat bervariasi, unik, sehingga sulit dipercaya bahwa hal itu tercipta dari sebuah mesin.
Namun seiring itu, pesona AI mulai memudar ketika para pengamat mengajukan pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa untuk mendapatkan informasi yang terkesan ‘bodoh’ atau palsu dari robot AI. Beberapa lainnya meminta tuntutan aneh pada mesin tersebut dan menyoroti adanya keterbatasan konteks atau akal sehat dalam AI.
Alasan mengapa harus khawatir pada AI
Inilah 10 alasan yang perlu dikhawatirkan jika saatnya mesin akan mengambil alih pekerjaan manusia.
1. Plagiarisme
Model AI generatif seperti ChatGPT dan DALL-E hanya akan membuat pola baru dari setiap sampel yang dibuat. Produk ini hanya akan menggunakan kemampuannya dengan cara ‘cut and paste’ yang diambil dari berbagai sumber, atau disebut dengan plagiarisme.
Beberapa kasus menemukan bahwa kecerdasan buatan ini menghasilkan sisi orisinalitas yang minim. Perangkat ini dengan segala kecemerlangannya, ternyata tidak dapat membuat sesuatu dengan benar-benar asli.
2. Hak cipta berlaku bagi AI
Undang-undang hak cipta berlaku secara umum dalam kehidupan sehari-hari, dan hal itu bisa menjadikan masalah hukum bagi manusia. Lalu bagaimana dengan AI? Apakah mereka akan termasuk dalam aturan hukum yang sama dengan kita?
Akan diperlukan waktu bertahun-tahun untuk memposisikan hukum bagi AI, karena hukum hak cipta adalah topik yang kompleks. Dan dalam hal ini akan menjadi peluang bagi beberapa orang untuk mengajukan tuntutan hukum jika mendapati kekurangan teknologi AI.
3. Pekerjaan dilakukan tanpa bayaran
Selain hak cipta dan plagiarisme, AI juga menimbulkan masalah hukum lainnya. Misalnya, sebuah perusahaan yang membuat perangkat lunak menggambar, diizinkan mengumpulkan informasi tentang bagaimana manusia menggambar. Lalu perusahaan tersebut menggunakan informasi tersebut untuk mengajarkan AI? Haruskah upaya kreatif semacam itu dibayar oleh manusia?
4. Kelesuan intelektual
Jika berbicara tentang kecerdasan, AI pada dasarnya berbasis aturan dan mekanistik. AI membangun model melalui serangkaian kumpulan data, dan model itu tidak benar-benar berubah.
Beberapa ilmuwan data dan insinyur melatih ulang model AI dari waktu ke waktu sehingga mereka dapat memperoleh keterampilan baru.
Risiko disini adalah teknologi AI akan selalu terjerat dalam budaya data pelatihannya. Apa yang terjadi jika manusia menjadi sangat bergantung pada AI, dan bagaimana jika ke depannya tidak dapat membuat data baru untuk diterapkan pada AI?
5. Keamanan dan privasi masih rentan
Harus ada sumber data pelatihan untuk AI, tetapi apa yang tersimpan di dalam jaringan tersebut terkadang membutuhkan klarifikasi. Bagaimana jika AI menyalahgunakan data pelatihan yang dapat mereka akses?
Lebih buruk lagi, karena AI diciptakan agar mudah beradaptasi, maka segi keamanannya akan rentan. Para ilmuan belum menemukan cara untuk mengajarkan AI dalam hal pengamanan data sensitif.
6. Kebodohan yang tercipta dari otomatisasi
Banyak error terjadi karena AI berpikir secara berbeda dari manusia. Misalnya, banyak pengguna alat teks-ke-gambar telah menemukan bahwa AI seringkali memerlukan perintah yang jelas pada tugas-tugas dasar seperti menghitung.
Aplikasi aritmatika yang abstrak dan kontekstual sering menyebabkan iterasi AI terbaru sulit membacanya. Hal ini akan memerlukan pembaruan pada robot secara terus menerus, karena akan didapati kekurangan yang juga terus terjadi.
7. AI lebih berbahaya daripada manusia
Tantangan tersulit yang dihadapi pengguna AI adalah mengenali saat AI salah. Mereka mungkin dapat memberikan informasi yang benar-benar faktual, tapi bagaimana jika informasi yang diberikan mengarah pada pencemaran nama baik secara terang-terangan.
AI tidak bisa berbohong seperti manusia, mesin akan jauh lebih berbahaya daripada manusia.
8. Diperlukan data yang akurat dan jaminan kualitas
Fakta menemukan bahwa data atau konten yang dibuat atau diproduksi oleh model AI tertentu masih terdapat kelemahan dan berkualitas rendah. Seperti data tidak akurat, kurangnya relevansi, dan masalah lainnya. Teknologi terbaik sementara ini adalah ChatGPT.
9. Tantangan dalam kompleksitas dan teknologi
Kelemahan lainnya adalah teknologi di balik AI Generatif mungkin sulit untuk dipahami. Banyak orang perlu memahami cara kerjanya atau cara menggunakannya.
Ditemukan ada beberapa batasan pada layanan gratis seperti ChatGPT dan Dall-E. Misalnya, ChatGPT sering terhenti jika digunakan dalam waktu lama. Dall-E juga gratis, namun setiap pengguna hanya diperbolehkan membuat hingga 50 foto gratis di bulan pertama dan 15 foto tambahan setelahnya.
10. Kemudahan yang bisa mengubah tatanan perekonomian
Baca Juga: Gempa Dangkal Magnitude 5,2 Menggoyang Yogyakarta, Warga Jadi Kocar-kacir Keluar Rumah
Beberapa penulis dan seniman mungkin akan kehilangan pekerjaan karena AI, dari sini terlihat bahwa AI akan dapat mengubah tatanan norma ekonomi yang mengatur kehidupan sehari-hari.
Ketika iklan dan konten dapat digabungkan dan dibuat tanpa batas waktu, apakah konten yang didukung iklan akan berfungsi? Akankah sektor bebas berinternet menjadi tempat di mana AI membuat dan mereproduksi bot tanpa henti pada siapa pun yang mengklik iklan situs web?
Kemudahan seperti ini berpotensi merugikan perekonomian. Akankah seni tetap dihargai jika membuatnya begitu sederhana? Apakah akan terus menjadi unik? Ketika semuanya diterima secara mudah, apakah ada yang masih memiliki nilai?
Itulah alasan-alasan yang perlu dikhawatirkan dari kehadiran perangkat teknologi Artificial Intelligence pada kehidupan manusia.***