Kadar Vitamin D Rendah Jadi Faktor Risiko Long Covid

14 Mei 2023, 12:21 WIB
Ilustrasi. Kadar Vitamin D rendah meningkatkan risiko komplikasi Long Covid / // Image by Freepik

MALANG TERKINI – Berdasarkan sebuah penelitian yang dipresentasikan pada European Congress of Endocrinology ke-25 di Istanbul, risiko Long Covid telah diamati meningkat dengan kadar Vitamin D yang rendah.

Adanya penemuan ini menyiratkan bahwa orang harus memantau kadar Vitamin D mereka, setelah terinfeksi virus Covid-19.

Long Covid, juga dikenal sebagai sindrom pasca-Covid-19, adalah penyakit baru di mana gejala Covid-19 bertahan selama lebih dari 12 minggu setelah infeksi awal.

Baca Juga: 4 Zodiak Ini Miliki Kecenderungan Besar Jadi Psikopat

Terlepas dari kenyataan bahwa penelitian telah menunjukkan bahwa hal itu mempengaruhi sekitar 50 sampai dengan 70 persen pasien yang sebelumnya dirawat karena Covid-19, namun sedikit yang diketahui tentang gangguan tersebut.

Kadar Vitamin D yang rendah risiko paling tinggi sebabkan Long Covid

Dilansir Malang Terkini dari Hindustan Times, kadar Vitamin D yang rendah adalah salah satu faktor risiko untuk hasil yang buruk pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, seperti intubasi, ventilasi mekanis, atau kematian, tetapi fungsinya pada gejala Long Covid belum diteliti dengan baik.

Studi yang didukung oleh Abiogen Pharma SpA, peneliti dari Vita-Salute San Raffaele University dan Rumah Sakit IRCCS San Raffaele di Milan, telah melakukan pemeriksaan terhadap 100 pasien berusia 51 hingga 70 tahun, dengan dan tanpa penyakit Long Covid.

Para peneliti mengukur kadar Vitamin D para pasien yang terinfeksi Covid-19 saat pertama kali dirawat di rumah sakit, dan enam bulan setelah keluar dari rumah sakit. Peneliti menemukan kadar Vitamin D yang lebih rendah terjadi pada pasien dengan gejala Long Covid, dibandingkan dengan mereka yang tidak.

Baca Juga: Dapatkah Manusia Memiliki Bayi di Ruang Angkasa? Ini Kesiapan Para Ilmuwan

Hasil ini lebih jelas pada pasien yang mengalami gejala brain fog atau 'kabut otak', seperti kebingungan, pelupa dan konsentrasi yang buruk, setelah enam bulan penindaklanjutan.

Para peneliti memasukkan pasien tanpa kondisi masalah tulang apapun (memiliki kadar Vitamin D yang baik) dan hanya mereka yang pergi ke rumah sakit karena Covid-19, tanpa berakhir di unit perawatan intensif (ICU). Mereka mencocokkan kedua kelompok, dengan dan tanpa gejala Long Covid, dalam hal usia, jenis kelamin, penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya, dan tingkat keparahan Covid-19.

Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa peran Vitamin D dalam Long Covid tidak konklusif terutama karena banyak faktor perancu. Namun, sifat penelitian yang sangat terkontrol membantu para peneliti lebih memahami peran kekurangan vitamin D dalam Long Covid, dan menetapkan bahwa kemungkinan ada hubungan antara kekurangan Vitamin D dan Long Covid.***

Editor: Niken Astuti Olivia

Tags

Terkini

Terpopuler