MALANG TERKINI – Mendapatkan vaksin Covid-19 tidak membuat perempuan banyak yang mencari pertolongan medis untuk masalah menstruasi, kata studi yang diumumkan pada Kamis 4 Mei 2023.
Sejak kampanye vaksinasi Covid-19 dimulai hampir dua setengah tahun yang lalu, beberapa perempuan telah melaporkan perubahan dalam siklus menstruasi mereka setelah mendapatkan suntikan mRNA dari Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Hal ini menyebabkan pengawas obat-obatan Uni Eropa merekomendasikan agar gangguan menstruasi yang berat dicantumkan sebagai kemungkinan efek samping dari vaksin.
Baca Juga: Aktor Cilik di Film Titanic yang Hanya Miliki 1 Dialog, Masih Terima Cek Royalti Selama 25 Tahun
Menurut ahli, masalah ini telah dibesar-besarkan oleh para pengkampanye anti-vaksin yang berusaha menyebarkan informasi yang salah, secara online tentang bahaya yang seharusnya diinokulasi.
Studi berdasarkan laporan pasien langsung dan aplikasi pelacak menstruasi
Dilansir Malang Terkini dari Channel News Asia yang di unggah pada 4 Mei 2023, studi baru tersebut mengacu pada data pasien dari daftar kesehatan Swedia yang mencakup hampir tiga juta perempuan, yakni sekitar 40 persen dari populasi perempuan di negara itu.
Rickard Ljung, seorang profesor di Badan Produk Medis Swedia, dan penulis utama studi baru tersebut, mengatakan bahwa berdasarkan data independen tentang apakah perempuan menghubungi profesional kesehatan atas masalah menstruasi mereka, ia mengungkap bahwa potensi gangguan yang dilaporkan selama ini, tidak begitu parah.
Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan dengan menggunakan data yang dilaporkan sendiri oleh pasien. Selain itu, data juga diambil dari aplikasi pelacak menstruasi, yaitu aplikasi yang dapat menunjukkan bahwa beberapa perempuan mengalami perubahan dalam siklus menstruasi mereka setelah divaksinasi.