Mengenal Gangguan Tidur COVID-somnia dan 3 Faktor Penyebabnya

- 10 Januari 2022, 08:36 WIB
foto ilustrasi insomnia - Pengertian COVID-somnia dan 3 faktor penyebabnya
foto ilustrasi insomnia - Pengertian COVID-somnia dan 3 faktor penyebabnya /Pixabay/geralt

MALANG TERKINI - Gangguan COVID-somnia adalah salah satu gangguan tidur yang berkaitan erat dengan fenomena pandemi COVID-19.

Meski sudah banyak penduduk Indonesia yang mendapat vaksin COVID-19, kemunculan dan merebaknya varian Omicron membawa potensi bahaya.

Di samping itu ada pula persoalan baru akibat pandemi yang berkepanjangan yakni post-covid syndrome yang dapat menyerang fisik maupun mental.

Baca Juga: Ashanty Positif Covid-19 Bersama 14 Orang yang Datang dari Turki, Apakah Terpapar Omicron?

COVID-somnia adalah salah satu akibat dari post-covid syndrome tersebut, yang termanifestasi dalam bentuk gangguan tidur.

Istilah "COVID-somnia" atau "Corona-somnia" mulai dicetuskan pada tahun 2020 untuk menggambarkan dampak pandemi COVID-19 terhadap pola tidur seseorang.

Sebuah studi pengamatan terhadap lebih dari 230.000 catatan rekam medis yang dipublikasikan oleh jurnal The Lancet Psychiatry periode April 2021 menyatakan bahwa satu dari tiga survivor COVID-19 mengalami gangguan psikiatri dalam masa 6 bulan setelah terinfeksi virus COVID-19. Gangguan psikiatri yang paling umum ditemui dalam penelitian tersebut adalah gangguan kecemasan dan insomnia.

Banyak beban psikis yang muncul bersamaan sejak adanya pandemi COVID-19, mulai dari adaptasi sekolah jarak jauh, bekerja dari rumah, kehilangan anggota keluarga, hingga ketidakpastian ekonomi. Maka dari itu, tak heran bila seseorang mengalami kesulitan tidur atau insomnia.

Baca Juga: 7 Manfaat Jeruk Nipis Bagi Kesehatan, Sebagai Anti Kanker dan Obat Anti Kolesterol

Melansir dari Antara, dokter spesialis kesehatan jiwa dr. Leonardi A. Goenawan, Sp. KJ dalam keterangannya pada Jumat 7 Januari 2022 mengungkapkan tiga hal yang menjadi penyebab gangguan tidur.

Stres yang meningkat

Stres psikis yang dialami akibat pandemi dapat mengganggu pola tidur, dan dapat membuat seseorang sering terbangun di malam hari. Suatu penelitian menyebutkan bahwa kondisi ini dapat tetap terjadi selama dua tahun setelah seseorang mengalami tekanan psikis dan emosional yang berat, seperti pada masa pandemi.

Menurut dokter dari RS Pondok Indah - Puri Indah itu, stres yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan hormon kortisol. Hormon kortisol adalah hormon yang bekerja berlawanan dengan melatonin, yakni hormon yang mengatur kualitas tidur. Apabila hormon kortisol berada dalam konsentrasi yang tinggi akibat stres, maka produksi hormon melatonin akan menurun sehingga kualitas tidur dapat ikut terganggu.

Terkurung di rumah karena menjalankan lockdown juga memberikan stres tersendiri, serta dapat mengganggu irama sirkadian yaitu proses alami yang mengatur siklus bangun dan tidur setiap harinya.

Baca Juga: 7 Penyebab Rasa Lelah di Siang Hari, Salah Satunya Karena Penggunaan Gawai

Hilangnya rutinitas harian

Protokol kesehatan yang ketat telah mengubah banyak aspek kehidupan sosial maupun kehidupan pribadi, dan juga mengakibatkan hilangnya kegiatan rutinitas harian.

Aktivitas rutin harian yang normal memiliki peran dan fungsi untuk menjaga kestabilan irama sirkadian, sebab adanya rutinitas harian dapat menjadi penanda waktu.

Akibat pandemi, seluruh aktivitas rutin harian yang biasa dilakukan menjadi sangat minim bahkan hilang. Dengan tidak adanya penanda waktu dari rutinitas tersebut, orang cenderung akan tidur lebih larut dan bangun lebih siang, sehingga irama sirkadian menjadi terganggu.

Gangguan irama sirkadian dapat berdampak pada fungsi kesehatan tubuh lainnya, seperti pencernaan, imunitas, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Banjir Bandang Melanda Jember, Sebuah Mobil Ikut Hanyut

Terlalu banyak mengonsumsi informasi

Kebiasaan terlalu banyak mengonsumsi informasi dari internet dapat berpotensi meningkatkan ketakutan dan kecemasan, ditambah lagi apabila berhadapan dengan hoaks dan misinformasi.

Mengonsumsi informasi dari internet dari gawai digital atau gadget, akan meningkatkan jumlah waktu paparan mata ke monitor (screen time).

Durasi screen time berkorelasi dengan menurunnya kualitas tidur, terlebih lagi bila dilakukan pada malam hari. Sinar biru dari monitor akan merangsang tubuh agar menjaga kadar kortisol tetap tinggi serta menghambat produksi melatonin, sehingga mengganggu kualitas tidur.

Itulah tiga penyebab gangguan tidur selama masa pandemi. Dokter Leonardi menjelaskan bahwa tidur adalah bagian paling sentral untuk menjaga kesehatan baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Kesehatan tidur dapat dijaga dengan beberapa cara antara lain menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari terlalu banyak paparan layar gawai sebelum tidur, serta berdoa. ***

Editor: Anisa Alfi Nur Fadilah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x