Pemukim Ilegal Israel Terus Teror Warga Palestina Selama Panen Zaitun

18 Oktober 2021, 17:02 WIB
Ilustrasi Pemukim ilegal Israel semakin gencar menyerang warga Palestina saat panen buah zaitun di perbatasan tepi barat /Pixabay/krystianwin

MALANG TERKINI – Pemukim Israel telah melakukan serangan setiap hari terhadap desa-desa Palestina dan penduduk yang memanen pohon zaitun mereka selama seminggu terakhir.

Serangan-serangan itu meliputi pemukulan terhadap petani dan perusakan pohon sejak dimulainya musim panen zaitun pada 12 Oktober 2021.

Daerah yang sering menjadi target serangan adalah Tepi Barat dan sekitar desa-desa di selatan kota Nablus dan Salfit

Baca Juga: Muhammadiyah Berhasil Galang Dana Hingga Rp32 Miliar untuk Palestina

Dilansir Malang Terkini dari Al-Jazeera, Ghassan Daghlas yang memantau kekerasan pemukim di Tepi Barat utara mencatat ada 58 serangan sejak awal musim, termasuk sembilan di desa Burin di selatan Nablus.

Menanam pohon zaitun merupakan kegiatan ekonomi utama bagi sebagian besar penduduk Palestina. Antara 80.000 hingga 100.000 keluarga bergantung pada buah zaitun dan minyak zaitun sebagai sumber pendapatan primer atau sekunder.

Selama musim panen zaitun yang biasanya berlangsung hingga November, serangan pemukim ilegal Israel semakin meningkat.

Baca Juga: Dua Roket dari Libanon Hantam Israel, Memicu Pembalasan

Pada 12 Oktober lalu, pemukim ilegal Israel bahkan mencabut 900 pohon zaitun dan aprikot, serta mencuri tanaman zaitun di desa Sebastia, utara Nablus.

Di Awarta, sebelah timur Nablus, para pemukim Israel menebang puluhan pohon zaitun pada 13 Oktober dan menyemprotnya dengan bahan kimia.

Mereka juga menghancurkan sekitar 70 pohon zaitun, buah-buahan dan sayuran di al-Tuwani selatan Hebron, serta merusak mobil dan tembok di desa Marda dekat Salfit.

Sementara pada 14 Oktober, pemukim Israel menebang lebih dari 80 pohon zaitun di desa al-Mughayyer, utara Ramallah.

Baca Juga: Pengertian Gencatan Senjata yang Terjadi pada Konflik Israel Palestina

Keesokan harinya, mereka menyerang keluarga Hammoudeh di desa Yasuf dekat Salfit dengan batu dan melukai empat orang. Keluarga dan penduduk lainnya diserang lagi pada 16 Oktober.

Sejak akhir Agustus 2021, para pemukim telah melukai sedikitnya 22 warga Palestina, dan merusak setidaknya 1.800 pohon milik warga Palestina, termasuk 900 pohon di Sebastia (Nablus) dan 650  di Jamma'in (Nablus) dan al-Taybe (Hebron).

Pembangunan permukiman Israel yang strategis di puncak bukit di Tepi Barat memudahkan para pemukim Israel untuk turun ke desa-desa Palestina.

PBB menganggap serangan itu tidak hanya karena motif ideologis, tetapi juga untuk mengambil alih tanah dengan cara mengintimidasi dan meneror warga Palestina.

Baca Juga: Pejabat PBB: Taliban Akan Umumkan Sekolah Menengah Dibuka untuk Anak Perempuan

Dalam sebuah pernyataan pada 12 Oktober, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan datanya menunjukkan bahwa selama periode satu tahun, antara Agustus 2021 dan Oktober 2021, lebih dari 9.300 pohon dihancurkan di Tepi Barat.

ICRC juga mengamati, kekerasan oleh pemukim ilegal Israel di Tepi Barat terhadap petani Palestina sangat gencar setiap menjelang musim panen zaitun.

Mohammad al-Khatib adalah seorang aktivis dan pendiri Faz'a, sebuah koalisi sukarelawan yang dibentuk tahun lalu untuk melindungi dan membantu para petani Palestina. Sekarang telah menyatukan setidaknya 500 sukarelawan.

Baca Juga: Kaum Perempuan Afghanistan Mendesak Taliban Agar Mengembalikan Hak Pendidikan untuk Mereka

Koalisi sukarelawan telah berupaya melindungi warga Palestina yang bekerja di ladang mereka untuk membantu dan hadir di tanah itu, dengan harapan dapat menghalau para pemukim ilegal Israel yang sering melakukan serangan.

Namun, beberapa waktu yang lalu, Khatib juga diserang dan ditangkap selama kehadirannya di desa-desa sekitar Nablus dan Salfit.

Hingga 4 Oktober, OCHA mencatat terdapat 365 serangan selama satu tahun ini, termasuk 101 serangan yang mengakibatkan korban Palestina dan 264 kerusakan bangunan.

Jumlahnya telah melampaui tahun lalu yang mencapai total 358 serangan termasuk 274 di properti, dan 84 korban.***

Editor: Gilang Rafiqa Sari

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler