Kudeta di Sudan: Baku Tembak dan Bentrokan Besar Meletus antara Tentara dan Kelompok Paramiliter ‘RSF’

16 April 2023, 12:52 WIB
Baku tembak dan pertempuran pecah di ibu kota Sudan, Khartoum antara tentara dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Berhari-hari ketegangan terjadi di Sudan akibat usulan transisi ke pemerintahan sipil ///Tangkapan Layar YouTube/Channel 4 News

MALANG TERKINI – Baku tembak dan pertempuran pecah di Ibu Kota Sudan, Khartoum, antara tentara dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) atau Pasukan Dukungan Cepat.

Berhari-hari ketegangan terjadi di Sudan akibat usulan transisi ke pemerintahan sipil. Pasukan Dukungan Cepat RSF mengatakan telah menguasai Bandara Internasional Khartoum, istana kepresidenan dan kediaman Panglima Militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan.

Juru bicara militer Sudan, Brigjen Nabil Abdallah mengatakan bahwa bentrokan dengan Pasukan Pendukung Cepat sedang berlangsung dan tentara menjalankan tugasnya untuk melindungi negara.

Baca Juga: 4 Fakta tentang Mark Sheehan, Gitaris Sekaligus Pendiri The Script yang Meninggal di Usia 46 Tahun

Dilansir Malang Terkini dari ABC News, pasukan khusus militer Sudan kemudian telah berhasil merebut kembali kendali bandara Khartoum dari RSF. Tentara mengatakan mereka juga telah menguasai salah satu pangkalan militer yang sebelumnya diambil alih oleh RSF.

Dalam video yang diambil oleh penduduk Khartoum, beberapa kali tembakan dan ledakan terdengar, disertai asap yang mengepul terjadi di kota tersebut.

Asal-mula bentrokan di Sudan

Menurut Associated Press, ketegangan antara tentara Sudan dan RSF berasal dari ketidaksepakatan tentang bagaimana RSF, yang dipimpin oleh Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo, harus diintegrasikan ke dalam militer, termasuk otoritas apa yang dapat mengawasi proses tersebut.

Diketahui merger adalah syarat utama dari perjanjian transisi Sudan, namun belum terjadi kesepakatan.

Baca Juga: Wali Kota Bandung Yana Mulyana Ditetapkan sebagai Tersangka Korupsi, Berikut Kronologi Kasus

Dalam pernyataan bersama yang dirilis Kamis, utusan khusus dan perwakilan dari Prancis, Jerman, Norwegia, Inggris, AS, dan Uni Eropa mengatakan mereka prihatin bahwa ketegangan yang meningkat dan tindakan eskalasi, dapat mengancam dan menggagalkan negosiasi menuju pembentukan pemerintahan yang dipimpin sipil.

“Pemimpin militer dan sipil Sudan diharapkan dapat secara bersama-sama mengurangi ketegangan negara. Kami mendesak mereka untuk berpegang pada komitmen mereka dan terlibat secara konstruktif untuk menyelesaikan masalah-masalah luar biasa pada reformasi sektor keamanan, untuk membangun militer profesional yang bersatu di masa depan yang bertanggung jawab kepada pemerintah sipil," tertulis dalam pernyataan.

"Mendirikan pemerintahan transisi yang dipimpin sipil sangat penting untuk mengatasi tantangan politik, ekonomi, keamanan dan kemanusiaan yang mendesak di Sudan, dan merupakan kunci untuk membuka bantuan internasional," tambahan dalam pernyataan.

Bentrokan yang terjadi menghambat penandatanganan kesepakatan

Kedutaan Besar AS di Khartoum saat ini belum melakukan evakuasi terhadap warga negaranya, dan menyarankan mereka yang berada di Khartoum dan sekitarnya untuk berlindung dan memantau situs web kedutaan, serta media lokal untuk mengetahui status keamanan di Sudan.

Pegawai pemerintah dilarang bepergian ke luar wilayah metropolitan Khartoum, Omdurman, dan Bahri hingga 19 April.

Baca Juga: Teks Contoh Pidato atau Sambutan Singkat di Acara Bukber Alumni Sekolah atau Kuliah

Menurut Associated Press, bentrokan antara militer Sudan dan RSF dalam beberapa bulan terakhir telah memaksa penundaan penandatanganan kesepakatan yang didukung internasional untuk transisi Sudan ke kepemimpinan sipil.

Partai-partai besar di Khartoum telah menyepakati bagaimana melanjutkan transisi pemerintahan sipil di Sudan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada wartawan selama konferensi pers di Hanoi, Vietnam bahwa dia berbicara dengan Jenderal Burhan minggu kemarin, dia yakin ada peluang nyata untuk bergerak maju dengan kerangka kerja yang telah disepakati, dan AS mendukung hal tersebut.

Blinken menyebut situasi Sudan sedang rapuh. Ia pun mengatakan bahwa ini adalah kesempatan nyata untuk akhirnya melanjutkan transisi yang dipimpin oleh sipil, yang juga mendapat dukungan AS dan negara lain.

Ia pun mendesak semua pihak untuk menghentikan kekerasan dan menghindari eskalasi lebih lanjut dan segera melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan masalah yang luar biasa di Sudan.***

Editor: Niken Astuti Olivia

Tags

Terkini

Terpopuler