Di Awarta, sebelah timur Nablus, para pemukim Israel menebang puluhan pohon zaitun pada 13 Oktober dan menyemprotnya dengan bahan kimia.
Mereka juga menghancurkan sekitar 70 pohon zaitun, buah-buahan dan sayuran di al-Tuwani selatan Hebron, serta merusak mobil dan tembok di desa Marda dekat Salfit.
Sementara pada 14 Oktober, pemukim Israel menebang lebih dari 80 pohon zaitun di desa al-Mughayyer, utara Ramallah.
Baca Juga: Pengertian Gencatan Senjata yang Terjadi pada Konflik Israel Palestina
Keesokan harinya, mereka menyerang keluarga Hammoudeh di desa Yasuf dekat Salfit dengan batu dan melukai empat orang. Keluarga dan penduduk lainnya diserang lagi pada 16 Oktober.
Sejak akhir Agustus 2021, para pemukim telah melukai sedikitnya 22 warga Palestina, dan merusak setidaknya 1.800 pohon milik warga Palestina, termasuk 900 pohon di Sebastia (Nablus) dan 650 di Jamma'in (Nablus) dan al-Taybe (Hebron).
Pembangunan permukiman Israel yang strategis di puncak bukit di Tepi Barat memudahkan para pemukim Israel untuk turun ke desa-desa Palestina.
PBB menganggap serangan itu tidak hanya karena motif ideologis, tetapi juga untuk mengambil alih tanah dengan cara mengintimidasi dan meneror warga Palestina.
Baca Juga: Pejabat PBB: Taliban Akan Umumkan Sekolah Menengah Dibuka untuk Anak Perempuan
Dalam sebuah pernyataan pada 12 Oktober, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan datanya menunjukkan bahwa selama periode satu tahun, antara Agustus 2021 dan Oktober 2021, lebih dari 9.300 pohon dihancurkan di Tepi Barat.